Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyetir Selagi Hamil, Boleh, Kok!

Kompas.com - 20/09/2008, 14:55 WIB

Banyak wanita sekarang lebih suka mengendarai mobilnya sendiri kala bepergian. Alasannya, lebih mudah untuk aktif bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa harus bergantung pada orang lain yang membawanya. Dilema timbul saat si wanita hamil. Di lain pihak, dalam kondisi hamil, timbul kekhawatiran untuk berada di belakang setir. Lagi pula jika perut makin membuncit, sabuk pengaman tak lagi cukup dilingkarkan.

Namun demikian, tak perlu terlalu khawatir, kok, Bu. Menurut dr. Hasnah Siregar, Sp.OG, menyetir mobil selagi hamil boleh-boleh saja. Tentunya tak sebebas mereka yang tidak hamil. "Wanita hamil mengalami perubahan fisik dan psikologis. Nah, ini menjadi pertimbangan sebelum memutuskan untuk mengendarai mobil sendiri," ujar Hasnah. Contoh, ketika hamil, wanita mengalami pembesaran rahim yang membuat perut jadi gendut. Otomatis jarak dinding perut dengan kemudi jadi makin dekat.

"Ini yang patut diperhitungkan, karena bila terjadi pengereman mendadak atau tabrakan, bisa terjadi benturan. Benturan ini dapat menyebabkan trauma pada dinding perut atau rahim. Bisa terjadi perdarahan atau ketuban pecah dini," jelas ahli kebidanan dan kandungan dari RSAB Harapan Kita, Jakarta ini.

Jadi, tandasnya, ada baiknya jika sedang hamil si ibu tak mengemudi sendiri. Meski, ini juga bukan harga mati. Artinya, boleh saja wanita tetap memilih mengemudi sendiri, asalkan kesehatan dan kehamilan calon ibu benar-benar dalam kondisi baik. Mengingat setiap wanita hamil punya kondisi yang berbeda-beda. "Tapi memang sebaiknya sebelum menyetir, konsultasikan dulu ke dokter kandungan dan patuhi hal-hal yang dilarang ataupun yang disarankan," kata Hasnah lagi.

YANG DILARANG
Meski demikian, ada beberapa kondisi kehamilan yang membuat seorang ibu benar-benar tak dianjurkan untuk menyetir. Kondisi itu, salah satunya bila kehamilan si ibu termasuk berisiko tinggi. Misal, sering keguguran, ari-arinya ada di bawah, punya penyakit darah tinggi, diabetes atau ginjal, dan semua penyakit yang bersifat patologis. "Dari minggu-minggu pertama pun kalau si ibu memiliki kondisi demikian harusnya tidak menyetir lagi," bilang Hasnah.

Bagaimanapun, lanjutnya, pada ibu-ibu yang memiliki penyakit di atas, umumnya kondisinya cepat lelah. Tentunya sangat membahayakan jika ia harus menyetir sendiri. Sedangkan pada ibu hamil yang ari-arinya di bawah, maka sedikit benturan saja dikhawatirkan akan membuat trauma pada plasentanya.

Sementara pada ibu yang kondisinya memungkinkan, artinya dokter kandungannya membolehkan untuk menyetir, Hasnah juga menganjurkan untuk tidak menyetir pada usia kehamilan terlalu muda atau terlalu tua. "Waktu yang aman, biasanya pada usia kehamilan 18-24 minggu. Kalau pada awal kehamilan, janin masih fragile, sangat sensitif terhadap guncangan." Ini berarti, lebih baik ibu jadi penumpang saja, itu pun harus meminta pada sopir untuk berjalan pelan-pelan dan menghindari jalan yang jelek serta berlubang.

Sedangkan pada usia kehamilan tujuh bulan, sama sekali tak disarankan untuk mengemudi. "Karena perut dan setir sudah mepet. Lagi pula, safety belt biasanya sudah tak muat lagi. Padahal, safety belt amat esensial untuk dikenakan, apalagi di waktu hamil," jelas Hasnah. Selain itu, karena kondisi perut dan setir yang sudah mepet, sedikit benturan saja dapat menyebabkan trauma pada plasenta dan janin.

Yang perlu disadari pula, mengemudi dalam keadaan hamil bukanlah hal mudah dan menyenangkan, karena dilakukan dalam keadaan "tidak biasa".

Santi Hartono

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com