Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengajarkan Anak Meminta Maaf

Kompas.com - 22/02/2009, 11:13 WIB

ANAK Anda bertengkar dengan adik, sepupu, atau temannya, namun menolak mengakui kesalahannya? Atau, dia enggan meminta maaf? Hal ini memang biasa terjadi, namun Anda tak boleh membiarkannya. Anak perlu diajari untuk bersedia mengakui kesalahan dan meminta maaf.

Agar anak mau melakukannya, berikut 6 langkah yang dapat kita terapkan pada anak.

1. Beri kesempatan pada anak untuk mengungkapkan masalahnya.

Galilah dari diri anak apa yang membuatnya tidak mau atau menolak meminta maaf. Baik orangtua maupun guru harus bersikap netral, tidak berpihak kepada pelaku maupun korban. Jika berpihak, dikhawatirkan pemulihan hubungan keduanya akan semakin sulit.

2. Tidak memaksa anak meminta maaf.

Sering kita jumpai orangtua yang memaksa anaknya untuk minta maaf, seperti, "Ayo, kamu minta maaf sekarang sama adik!" Sebetulnya, cara seperti ini tidak benar dan dapat menekan anak. Semakin dipaksa untuk meminta maaf, semakin sulit bagi anak untuk melakukannya. Karena paksaan merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan, maka hal itu tak akan diulangi lagi. Atau, kalaupun mau, anak akan meminta maaf dengan terpaksa, tidak tulus.

3. Tumbuhkan empati pada anak.

Cara terbaik dengan menumbuhkan empatinya. "Kamu sudah memukul adik seperti itu. Coba kamu pikirkan kalau kamu yang diperlakukan seperti itu, bagaimana rasanya?" Mungkin anak tidak akan langsung menjawab atau berkomentar saat itu juga dengan mengatakan, "Tidak enak," misalnya. Tetapi setidaknya anak tahu perbuatannya telah membuat orang lain menderita, terganggu, atau tersakiti. Anak harus bisa memahami, perbuatannya itu tidak baik. Dia juga harus merasakan apa yang orang lain rasakan. Anak harus melihat dampak yang dia lakukan pada anak lain, bagaimana perasaan orang tersebut, dan sebagainya.

4. Berikan dorongan.

Contoh, "Ibu akan senang kalau kamu mendengarkan keluhan orang lain, dan kamu mau mengubah perilakumu. Ibu berharap kamu juga bisa meminta maaf atas perbuatan yang sudah kamu lakukan pada temanmu." Harapan semacam ini tidak memberi kesan memaksa dan sok berkuasa, melainkan mengajari anak untuk bersikap terbuka dan membuatnya berpikir. Apalagi di usia ini anak sudah bisa diajak berpikir mengenai konsekuensi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com