Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suntik Botoks Bukan untuk Remaja!

Kompas.com - 03/03/2010, 17:38 WIB

KOMPAS.com — Keinginan tampil sempurna, muda, kulit kencang, dan tidak berkesan berkerut saat usia mulai menua membuat banyak perempuan melakukan botoks. Menyuntikkan toksin ke wajah diyakini mampu mencegah kerutan yang sering kali menghantui kaum hawa.

Baru-baru ini di Inggris, Sarah Burge (49), yang dikenal sebagai manusia Barbie, menularkan kebiasaan suntik botoks kepada anak gadisnya, Hannah, yang baru berusia 16 tahun.

Sarah begitu antusias saat mengetahui anak gadisnya meminta disuntikkan botoks pada saat usianya 15 tahun. Alasannya karena Hannah tak ingin wajahnya keriput saat usianya 25 tahun. Ketidakpuasan atas kerutan di dahi dan area mulutnyalah yang membuat perempuan ABG ini memutuskan untuk menyuntikkan botoks. Sang ibu memberikan botoks dengan dosis setengah dari penggunaan untuk orang dewasa.

Botoks, bahasa komersil dari botulinum toxin, adalah bakteri yang menyebabkan kelumpuhan pada otot dan bertahan hingga empat bulan. Prosedur ini amat tidak disarankan bagi perempuan usia belasan tahun. Asosiasi Operasi Plastik Estetika di Inggris memperingatkan, penggunaan botoks pada perempuan muda akan berisiko pada kesuburannya.

Fazel Fatah, presiden terpilih dari asosiasi ini, mengatakan bahwa botoks hanya boleh dipraktikkan oleh profesional dalam kondisi steril. Sementara dalam kasus Hannah, sang ibu menyuntikkan sendiri botoks untuk pertama kalinya pada si anak. Sarah merasa munafik jika melarang anak gadisnya melakukan botoks karena ia sendiri sudah melakukan operasi berkali-kali.

Di Indonesia, prosedur botoks rata-rata dilakukan perempuan berusia di atas 30 tahun, demikian menurut dr Enrina Diah, SpBP, dokter bedah plastik dari Klinik Ultimo Estetika. Menurut dia, untuk melakukan botoks, dokter perlu melihat indikasinya terlebih dahulu dan harus menjalankannya sesuai prosedur.

Penyuntikan botoks bergantung pada tujuannya, apakah untuk mengurangi kerutan atau estetika. Pasien berusia di atas 30 tahun umumnya melakukan botoks untuk mengurangi kerutan. Namun, ada juga yang membutuhkan botoks untuk mengatasi rahang yang lebar atau otot yang kebal. Karena itu, menurut Enrina, kembali kepada indikasi pasien dan penyuntikan harus dilakukan oleh dokter ahli. Usia pun ada batasannya, minimal melewati usia pertumbuhan, yakni di atas 16-17 tahun.

”Botoks merupakan penyuntikan yang berhubungan dengan otot. Jika salah suntik pada otot, dampaknya pasien mengalami penglihatan dobel, wajah menjadi asimetris, alergi seperti pada kulit, demam, dan gejala sistemik pada seluruh tubuh,” paparnya kepada Kompas Female.

Enrina menegaskan, sejumlah perawatan pascabotoks harus dilakukan. Artinya, prosedur botoks tak hanya dilakukan saat proses penyuntikan, tetapi juga setelahnya. Seusai penyuntikan yang hanya membutuhkan waktu 15 menit, pasien tidak boleh mandi air panas dan melakukan massage selama lima hari. Umumnya pasien yang melakukan botoks akan kembali melakukan penyuntikan enam bulan berikutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com