Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendidikan Rendah Picu Pernikahan Dini

Kompas.com - 21/04/2010, 13:36 WIB

KOMPAS.com - Anak perempuan era Kartini tidak diberikan kesempatan untuk berbicara atas dirinya, memberikan persetujuan, atas tindakan yang dikenakan kepadanya, termasuk menikah pada usia dini.

Saat ini, perempuan harus lebih mandiri, menjadi diri sendiri, dan menentukan apa yang baik buruk bagi dirinya. Pendidikan menjadi kunci yang membuka kesempatan lebih luas untuk perempuan.

"Perjuangan Kartini atas kesempatan pendidikan untuk seluruh anak bumiputera, termasuk perempuan. Pendidikan yang rendah terutama kepada perempuan menyebabkan perempuan rentan kekerasan, lapangan kerja terbatas karena sempitnya kesempatan," papar penggerak pemberdayaan perempuan berbasis pesantren Shinta Nuriyah Wahid saat peluncuran Pundi Kesehatan untuk perempuan pembela HAM di Ciganjur, Selasa (20/4/2010) lalu.

Shinta menegaskan, dengan kesempatan berpendidikan, perempuan bisa menyuarakan dirinya. Termasuk sikapnya atas pernikahan di usia dini. Batasan umur sebaiknya tidak selalu menjadi tolok ukur, karena banyak keluarga di desa yang menginginkan anaknya segera menikah sehingga terjadi manipulasi umur. Yang lebih penting adalah bagaimana kesiapan organ reproduksi perempuan dan kematangan kepribadiannya.

"Perkawinan dini harus dihindari, bahkan sangat ditentang Kartini. Organ perempuan di bawah umur masih sangat dini belum siap dibuahi," jelas Shinta.

Shinta menjelaskan, perempuan perlu menyiapkan dirinya untuk menjalani kehamilan. Ia harus memastikan dirinya dalam keadaan kuat, siap, menjaga kesehatan reproduksi, dan merawat organ reproduksinya.

"Tugas perempuan mengandung anak sangat berat. Seorang ibu mengandung dalam keadaan amat lemah," kata Shinta.

Selanjutnya, dampak pernikahan anak perempuan, saat organnya masih sangat dini, mendorong terjadinya kematian ibu dan anak. Disebutkan oleh Shinta, angka kematian ibu dan anak di Indonesia masih tinggi, bahkan di tingkat Asia Tenggara.

"Lebih memprihatinkan lagi, pemerintah belum mampu memberikan perlindungan yang baik tentang kesehatan reproduksi perempuan," tandas Shinta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com