Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Tabung Menjadi Solusi

Kompas.com - 04/05/2010, 04:26 WIB

INDIRA PERMANASARI

Lebih dari lima tahun lamanya Elly (37) menikah dan mendambakan keturunan. Namun, buah hati yang dinantikan tak kunjung hadir. ”Saya mencoba segala cara, termasuk berbagai terapi tradisional. Tidak berhasil,” ujarnya di sela Temu Pasien Klinik Yasmin Kencana RSCM; Penanganan Gangguan Kesuburan pada Pasutri, pertengahan bulan lalu.

Elly dan suaminya lalu mencoba program bayi tabung di Klinik Yasmin, RSUPN Cipto Mangunkusumo. Sebagai perempuan, proses yang dijalani terbilang berat. Suntikan-suntikan obat penekan hormon, obat membesarkan sel telur, pengambilan sel telur, dan peletakan embrio ke dalam rahimnya. Proses peletakan embrio tersebut tanpa dibius.

”Setelah transfer embrio, sebetulnya sehari kemudian boleh beraktivitas, tetapi

saya tidak berani bergerak banyak tiga hari. Khawatir, embrionya keluar lagi,” ujarnya. Upaya itu berujung kabar gembira ketika dia dinyatakan hamil dan sembilan bulan kemudian lahir bayi perempuan.

Perjuangan berat mendapatkan keturunan juga dialami Titi. ”Saya sudah pasrah, tetapi suami mendukung agar terus mencoba. Kami coba bayi tabung dan berhasil,” ujarnya.

Mereka tidak sendiri. Sekitar 10 persen pasangan suami-istri mengalami infertilitas.

”Jumlah pasangan subur di Indonesia tahun 2009 sekitar 15 juta sehingga diperkirakan 1,5 juta hingga 2 juta pasangan mengalami infertilitas,” ujar Kepala Subunit Pelayanan Yasmin Kencana RSCM dr Budi Wiweko SpOG (K).

Kanadi Sumapraja, juga dari Klinik Yasmin Kencana, mengatakan, penyebab infertilitas antara lain gangguan pada sperma, sumbatan saluran telur, endometriosis, gangguan perkembangan sel telur, dan sebab yang tidak dapat dijelaskan. Jika berbagai penanganan terhadap gangguan reproduksi tidak berhasil, dapat dilakukan inseminasi (penyemprotan sperma ke dalam rahim).

Bayi tabung merupakan pilihan terakhir, kecuali untuk infertilitas karena faktor sperma yang sulit dikoreksi seperti azoospermia (semen tidak mengandung sperma) atau severe oligozoospermia (sperma terlalu sedikit). Persoalan lain ialah sumbatan di kedua saluran telur, endometriosis derajat sedang dan berat, serta faktor yang tidak dapat dijelaskan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com