Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diperlukan Regulasi Susu untuk Anak

Kompas.com - 16/05/2010, 18:09 WIB

BOGOR, KOMPAS.com - Pemerintah perlu segera meregulasi dan mengharmonisasikan standar kualitas susu bagi anak, serta melakukan pengawasan ketat terhadap iklan susu bagi anak. Hal tersebut bertujuan untuk lebih menjamin tersedianya produk susu yang betul-betul berguna dan dibutuhkan untuk pertumbuhan anak.

Itu antara lain yang terungkap dalam dikusi ilmiah Peranan Susu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Anak: Kebijakan, Manfaat, dan Best Practices , yang diselenggarakan Pusat Imu dan Teknologi Pangan dan Pertanian Asia Tenggara (Southeast Asia Food and Agricultural Science and Technology Center atau SEAFAST Center) Institut Pertanian Bogor di Ruang Belimbing SEAFAST Center di Kampus IPB Baranangsiang, Kota Bogor, Sabtu (15/5/2010). Hadir dalam diskusi itu perwakilan para pihak d ari hilir sampai hulu, seperti peternak sapi, YLKI, Badan POM, industri susu formula, dan kalangan akademisi dan pemerhati masalah susu dan gizi.

Direktur SEAFAST Center Dr Purwiyatno Hariyadi mengatakan, persoalan susu dari hilir sampai hulu menjadi lingkaran setan sampai sekarang. Produksi susu dalam negeri saat ini hanya memenuhi 30 pesen dari kebutuhan nasional. Di lain pihak, di pasaran kini beredar berbagai produk susu formula, yang justru membingungkan konsumen.

Padahal, Indonesia masih menghadapi masalah gizi nasional. Sebab, berdasarkan hasil Survei Nasional Tahun 2007, rata-rata anak balita prevalasnis gizi buruknya 5,4 persen dan gizi kurang 13 persen. Cakupan masalah tersebut masih besar, karena 19 provinsi di Indonesia melebihi angka tersebut. "Jika perkiraan jumlah balita ada 20 juta, maka yang gizi kurang ada 2,5 juta balita dan yang gizi buruk mencapai satu juta balita. Karena itu bisa kita lihat balita kita banyak yang pendek dan kurus," katanya.

Prof Dr M Aman Wirakartakusuma, salah seorang peneliti senior di SEAFAST Center IPB, mengatakan, susu adalah salah satu komponen yang dapat menukung peningkatan gizi dan pertumbuhahan anak. Bayi usia 0 sampai enam bulan memang harus hanya mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI). Lewat dair usia itu, selain mengonsumsi ASI dapat ditambah dengan mengonsumsi susu formula. " Teknologi pun kini sudah ada yang mampu meningkatkan kualitas susu sapi sehingga menjadi susu formula yang kualita snya jauh lebih baik dari sekadar susu sapi dan mendekati kualitas ASI gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak," katanya.

Yang jadi soal,betul tidak semua produk susu formula yang beredar di pasaran, betul-betul sesuai dengan kualitas yang mereka iklankan atau klaim. Sebab, faktanya sampai saat ini belum ada pengujian atas klaim-klaim produsen susu atas produk susu formulanya. "Di sini penting sekali fungsi pengawasan Badan POM," kata Prof Dr Dedi Ferdiaz, juga peneliti senior di SEAFAST Center IPB.

Berkaitan dengan itu, kata Purwuyanto Haryadi, salah satu rekomendasi dari para peserta diskusi, adalah menyarankan pemerintah segera membuat regulasi atau revisi regulasi, yang memberi definisi atau kriteria dan standarisasi dari susu formula buat anak. Selain, mengharmonisasikan batasan usia yang disebut anak. Sebab, usia anak menurut Badan POM, Codex, dan Standar Industri Indonesia berbeda-beda, sehingga menyulitkan industri dalam menentukan sasaran produknya .  

Di kalangan industri susu ada istilah Growing Up Milk (susu pertumbuhan anak), namun tidak jelas standarisasinya, sehingga setiap industri susu mengklaim produknya sebagai susu pertumbuhan anak. " Tidak jelasnya batasan usia yang disebut anak, juga membuat ada susu itu untuk anak 0-1 tahun, 6 bulan sampai 3 tahun, dan sebagainya, yang katanya semuanya untuk pertumbuhan anak . Ini membuat bingung konsumen," kata Purwuyanto.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com