Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seniman Bali Frustasi

Kompas.com - 20/07/2010, 10:38 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com - Belum mendapatkannya karya seni rupa perhatian dari pemerintah, sejumlah seniman frustasi dan memilih untuk hanya menjadi tukang gambar.

Mereka merasa termarjinal ketimbang seni tradisional yang dinilai lebih menjual pariwisata Bali. Selain itu, seniman mengeluhkan masih terkendala pajak yang disamakan dengan barang dagangan.

Sementara Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan mengaku telah mengupayakan, tetapi kesulitan menembus pusat khususnya Direktorat Bea dan Cukai. "Padahal, para seniman ini memiliki karya yang bertujuan untuk dipamerkan di ajang internasional. Tetapi, karya-karya seni ini dikenai pajak seperti barang dagangan saja. Ini juga menjadikan frustasi seniman karena biaya untuk pajak ini pun tidak sedikit," kata kurator dan penggagas lembaga seni Bali Mangsi Hartanto, di Denpasar, Senin (19/7/2010).

Ia menambahkan sebenarnya tidak sedikit tawaran berpameran ke luar negeri bagi para seniman atau perupa modern ini. Namun, kendala biaya dan rumitnya pengurusan ke luar negeri untuk pengiriman karya menjadikan pameran berskala internasional pun dilewatkan.

"Ini disayangkan karena Bali seharusnya mampu memiliki perhatian lebih terhadap karya seni. Para perupa pun belum memiliki asosiasi yang bisa memperjuangan nasib atau menjembatani ke pusat," tambah Hartanto.

Made Gunawan, perupa asal Bali, membenarkan adanya frustasi tersebut. Karenanya, ia berharap para perupa di Bali bisa bersatu dan memiliki asosiasi sendiri. Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Ida Bagus Sedhawa mengaku sering mendapat permintaan bantuan agar karya-karya seni yang bukan diperdagangkan ini bisa mendapat keringanan pajak. "Kami juga melanjutkan ke pusat, tetapi yang diberikan hanya keringanan fiskal. Kami sulit menembus pusat dan tak bisa berbuat apa," katanya.

Ia pun menyayangkan masih belum bisa meloloskan rekomendasi soal pajak ini. Ia pun menyadari hal ini bisa membuat frustasi seniman-seniman khususnya perupa modern.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com