Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Cowok "Cool" Digilai Wanita?

Kompas.com - 17/09/2010, 15:12 WIB

LONDON,  KOMPAS.com - Tipe pria cool atau kalem ternyata banyak mencuri hati kaum wanita. Kenyataan itu tak dapat disangkal, terutama saat para ilmuwan dapat menjelaskan mengapa hal itu terjadi.  

Penelitian tentang apa yang membuat pria digilai para wanita sering kali hanya terfokus pada faktor testosteron. Hal ini karena testosteron selalu dikaitkan dengan  maskulinitas seperti rahang yang besar atau alis lebih berat, dan biasanya berhubungan dengan kesehatan jangka panjang yang lebih baik. Awalnya, alasan-alasan itu masuk akal karena dari sudut evolusi, wanita memang terpikat pada laki-laki dengan kadar testosteron tinggi.

Akan tetapi kajian terbaru mengungkapkan, pria dengan kadar testosteron tinggi tidak otomatis menarik minat para wanita. Ada kaum Hawa yang menilai pria dengan testosteron tinggi sarat akan kelemahan jangka panjang. Contohnya, pria macho relatif tidak setia pada pasangan atau juga mungkin menjadi orang tua yang buruk.

Hal itu dikuatkan dengan penelitian Fhionna Moore, seorang Ekolog Perilaku Manusia dari Universitas Abertay Dundee, Skotlandia yang memfokuskan pada hormon stres atau kortisol. Menurut Fhionna, hormon kortisol yang tinggi juga dapat menekan sistem kekebalan tubuh, bahkan fungsi reproduksi.

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa akan masuk akal jika perempuan lebih suka pria dengan kadar kortisol rendah - yaitu, mereka yang tidak mudah stres.

Tipe "cool" banyak diincar Moore melakukan riset terhadap 39 mahasiswa laki-laki dari Universitas yang sama. Tingkat kortisol dan testosteron mahasiswa diukur melalui sampel air liur yang dikumpulkan. Selanjutnya, para peneliti meminta 42 mahasiswi perempuan dari universitas berbeda untuk menilai langsung daya tarik, maskulinitas dan kesehatan para mahasiswa laki-laki berdasarkan fotonya.

Hasilnya, mahasiswa laki-laki dengan kadar kortisol rendah dinilai lebih menarik dibanding orang-orang dengan tingkat kortisol tinggi. Sementara kadar testosteron tidak terkait dengan daya tarik, maskulinitas atau kesehatan.

Untuk studi lebih kompleks, para ilmuwan mengambil foto 39 wajah laki-laki berdasarkan pekerjaan mereka dan membagi mereka menjadi empat kelompok, yaitu tinggi testosteron dan kortisol tinggi; testosteron tinggi dan rendah-kortisol, testosteron rendah dan tinggi kortisol; rendah testosteron dan kortisol rendah.

Dalam setiap kelompok, semua foto dicampur untuk membantu membuat satu gambar komposit. Dengan cara ini, peneliti berharap untuk melihat apa efek kombinasi kadar hormon yang berbeda menentukan daya tarik.

Para peneliti juga meneliti foto 43 mahasiswa perempuan heteroseksual untuk melihat foto para laki-laki saat mereka dalam masa subur ataupun tidak. Hal ini memungkinkan para ilmuwan untuk melihat efek hormon wanita dan kesuburan berhubungan dengan persepsi terhadap laki-laki.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com