Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perokok Pasif Harus Berani Protes

Kompas.com - 04/10/2010, 13:08 WIB

KOMPAS.com — Duta Masyarakat Sehat Tanpa Rokok Zukhriatul Hafizah mengajak perempuan yang kebanyakan perokok pasif untuk berani memberikan teguran kepada perokok, terutama mereka yang merokok di ruang publik.

"Jika ada perokok yang mencari pembenaran bahwa merokok adalah haknya, perlu diberikan penyadaran bahwa bukan hanya dirinya yang terganggu, melainkan juga orang lain. Asap rokok 80 persennya terhirup oleh perokok pasif," ujarnya, saat ditemui di sela aksi damai antitembakau bersama 38 finalis Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) 2010 di Citywalk Sudirman, Jakarta, Sabtu (2/10/2010).

Perempuan yang bertugas memberikan penyadaran kesehatan karena dampak rokok ini menyampaikan data memprihatinkan. Mengambil data dari Komnas Pengendalian Tembakau, dikatakannya, perokok perempuan semakin besar jumlahnya, yakni naik 10 kali lipat selama tiga tahun terakhir. Jumlah perokok pasif di Indonesia juga sangat tinggi, yaitu sebanyak 50 juta dan kebanyakan dari mereka adalah perempuan.

Dalam hal ini perempuan perlu menyadari bahwa mereka adalah korban. Untuk itu, tak perlu sungkan menegur pihak lain yang mengganggunya dengan asap rokok. Apalagi, rokok berdampak buruk pada kesehatan dengan 4.000 racun yang terkandung di dalamnya.

Puteri Indonesia Lingkungan 2009 ini menyarankan, agar lebih efektif, sampaikanlah keberatan Anda jika ada orang yang merokok di tempat umum, misalnya di kendaraan umum. Namun, utarakan dengan cara komunikasi yang baik, kata perempuan yang akrab disapa Fiza ini.

"Lakukan komunikasi yang baik dan tidak membuat orang lain (perokok) merasa tersinggung," tutur Fiza, sambil menambahkan bahwa keberanian ini perlu dimulai dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com