Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Donna Latief, Makin Intens dengan Batik

Kompas.com - 11/10/2010, 09:21 WIB

KOMPAS.com - Di pasar yang bernama Pasaraya di Blok M, Jakarta, Donna ikut menjalankan bisnis ritel yang didirikan suaminya, Abdul Latief, 37 tahun lalu. Kami bertemu, Rabu (6/10) siang, di Kafe Batik di lantai dua department store itu. Ia mengajak kami menikmati wedang jahe yang segar kesukaannya.

Donna Louisa Maria Latief, begitu namanya, mengenakan kebaya putih dari bahan sutra serta celana panjang blue jeans. Di pundaknya terselempang syal batik Sunyaragi warna biru. Ia lalu mengajak keliling toko serba ada yang antara lain menjual batik dan barang kerajinan dari berbagai daerah.

”Saya sedang cek barang. Ini saya lakukan setelah saya mengantarkan anak ke sekolah,” kata Donna tentang anaknya yang bernama Ahmad Nagara Latief yang berumur dua tahun. Sekolah itu tentu semacam kelompok bermain.

Mengecek barang-barang sudah menjadi kewajiban Donna sebagai senior merchandiser di pasar besar itu. Ia mengajak kami ke bagian-bagian pasar besar itu. Ia mulai dari seksi yang disebut Ken Dedes yang khusus menyediakan batik tulis halus. Ia lalu beralih ke Kampung Batik, yang penataannya dirancang seperti pasar rakyat. Bagian ini memajang batik dari berbagai daerah, seperti batik garutan dari Garut, batik tasik, batik Sukapura, dan lainnya.

Donna kemudian naik ke lantai tiga yang khusus untuk barang kerajinan. Tersebutlah kerajinan mulai patung sampai wayang, dari keris sampai lumpang. Donna membagi bagian kerajinan itu menjadi 12 jenis, seperti anyaman, perak, patung, wayang, hingga kulit dan kerang.

”Konsepnya supermarket, tetapi penataan seperti galeri kerajinan dan batik,” kata Donna.

Sebagai senior merchandiser, Donna memang harus mengetahui benar kondisi dan kualitas barang yang dijual di pasar besarnya. Ia harus bisa membaca tren dan selera konsumen. Saat ini, misalnya, batik Jawa Barat dan Madura sedang ramai dicari orang. Ia kini tengah sibuk merayakan Hari Batik yang dirayakan setiap tanggal 2 Oktober. Dalam rangka Hari Batik itu, ia akan mengadakan pergelaran batik pada 20 Oktober di Pasar Raya. Kali ini dipilih tema batik Jawa Barat.

”Batik garut ini sudah langka dan hampir punah. Perajinnya tinggal satu, dua orang saja,” kata Donna sambil menunjukkan batik garut yang motifnya sudah langka.

Donna sejak tiga tahun lalu mulai diserahi tugas khusus oleh suaminya untuk menangani batik. Ia pun makin intens belajar hal seputar batik. Ia mulai dengan mengenal para pemasok termasuk perajin kecil di berbagai daerah.

Dengan sistem bagi hasil, pihaknya bekerja sama dengan pelaku industri kecil dan menengah. Mereka diberi ruang untuk memajang karya di Pasaraya. Ia mencari perajin batik di daerah, seperti Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta, Solo, Madura, dan Bali .

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com