Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indahnya Batik dalam Harmoni Alam

Kompas.com - 16/12/2010, 21:52 WIB

KOMPAS.com - Dalam rangkaian kampanyenya sebagai upaya melestarikan batik, PT Kao Indonesia berkolaborasi desainer Edward Hutabarat. Bersama produsen sabun khusus pencuci batik Attack Batik Cleaner itu, Edward telah melakukan perjalanan mengenal batik ke kota-kota penghasil batik di Jawa. Kini, untuk merayakan 30 tahun dirinya berkarya,  Edward mengundang wartawan untuk menengok kegiatan para pembatik di Pekalongan, Jawa Tengah.

Edward merasa perlu mengajak masyarakat untuk lebih peduli dengan proses pembuatan batik, bukan sekadar mengagumi kecantikan batik secara fisik.

"Batik tidak akan berkembang kalau kita tidak tahu akarnya. Karena itu saya ingin mengajak Anda melihat batik dari akarnya, dari kulinernya, bagaimana proses membatik, bagaimana para perempuan pembatik itu duduk selama delapan jam, tanpa bersandar, untuk membatik. Dan, ada yang melakukan hal ini hingga 50 tahun! Singkatnya, there is a long story behind the making of batik," tutur pria yang akrab disapa Edo ini, dalam bincang-bincang santai di Rumah Batik Cahyo, Desa Setono, Pekalongan, Kamis (16/12/2010).

Ketidaktahuan masyarakat mengenai proses panjang dalam pembuatan batik inilah yang menjadikan batik saat ini baru sekadar tren. Hal ini bisa diamati sejak 2007, ketika tren batik mulai muncul. Namun setelah itu, batik mengalami pasang-surut peminat.

Banyak hal menarik seputar kehidupan para pembatik yang ditemukannya setelah mengunjungi sekitar 200 tempat pembuatan batik. Para pembatik menggunakan cita rasa dan estetika dalam menghasilkan sehelai kain batik. Setiap goresan canting dalam proses pembuatan batik melibatkan emosi dan membawa banyak aspek kehidupan maupun lingkungan di sekitarnya.

Mengamati proses pembuatan batik juga akan membuat kita terasa menyatu dengan alam. Di tempat workshop Batik Cahyo, misalnya, Edo mengajak melihat pekarangan belakang dimana terlihat berlembar-lembar batik cap dari bahan chiffon karyanya tengah dijemur setelah melalui proses pewarnaan. Langit yang cerah dan hembusan angin di sela-sela rindangnya pepohonan membuat batik-batik tersebut berkibar dengan gemulai dalam warna-warna sogan, hijau, dan biru, yang menakjubkan.

"Gila enggak pemandangannya? Coba, dimana Anda bisa menyaksikan pemandangan seperti ini? Ada hijaunya rumput ilalang, pagar dari bambu, pohon-pohon angsana.... Ini namanya ecology," seru Edo.

Dengan melihat langsung keindahan lain di balik pembuatan batik ini, Edo ingin kecintaan dan kebanggaan akan keluhuran budaya Indonesia tidak akan pernah pudar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com