Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terapi Hormon, Bagaimana Cara Kerjanya?

Kompas.com - 20/12/2010, 10:13 WIB

KOMPAS.com - Sebuah data dilansir Fertilityfact bahwa setidaknya 90 juta pasangan di dunia saat ini sedang mengusahakan untuk mendapat momongan. Setidaknya 40 persen faktor ketidaksuburan dialami oleh perempuan, 40 persen lainnya dialami pria, dan sisanya 20 persen disebabkan keduanya. Tingkat stres akibat masalah ini berada di peringkat kedua setelah stres karena kematian. Beragam masalah menjadi pemicu belum hadirnya buah hati, salah satunya adalah gangguan hormon.

Saat ini dunia medis telah menemukan solusi ketidaksuburan melalui terapi hormon. Terapi ini dilakukan pada mereka yang memang mengalami gangguan hormon maupun mereka yang sedang menjalani program inseminasi atau bayi tabung. Bagaimana penerapan terapi ini?

Hormon penting
Sebelum membahas lebih jauh mengenai terapi hormon, ketahui dulu beberapa hormon penting terkait dengan kesuburan beserta fungsinya.

FSH (Follicle-Stimulating Hormone). Hormon yang membantu perkembangan folikel pada indung telur dan pembentukan estrogen.
LH (Luteinizing Hormone). Hormon yang mengatur ovulasi dan pembentukan korpus luteum (badan kelenjar yang menghasilkan hormon pregesteron).
Hormon estrogen. Hormon yang mengatur perkembangan dan menjaga ciri-ciri kewanitaan. Hormon ini diproduksi di dalam indung telur, plasenta, dan ginjal kecil. Yang termasuk dalam hormon ini estron (E1), estradiol (E2), dan estriol (E3). Ketiganya menjadi indikasi kesuburan wanita.
Hormon progesteron. Hormon pelindung kehamilan yang diproduksi korpus luteum dalam indung telur. Bersama dengan estrogen membuat selaput lendir rahim siap untuk pelekatan sel telur yang dibuahi.
Hormon tiroid. Kekurangan hormon tiroid/hipotiroid akan mengganggu metabolisme tubuh yang menyebabkan sel telur tidak matang. Hormon-hormon ini berfungsi merangsang ovarium atau indung telur hingga terjadi pertumbuhan dan pematangan folikel diikuti ovulasi atau keluarnya sel telur.

Terapi hormon
"Bila hormon-hormon di atas mengalami gangguan, maka dibutuhkan terapi hormon untuk mengatasinya," jelas dr Andon Hestiantoro, SpOG(K), dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Terapi hormon dilakukan untuk mengatasi gangguan kesuburan dengan cara menambahkan hormon dari luar. Terapi dilakukan bila hormon yang menghasilkan FSH dan LH kurang. Berikut langkah-langkahnya:

1. Untuk memicu pengeluaran FSH diberikan obat antihormon estrogen. Obat diberikan pada hari ke-3, 4, 5 siklus haid. Cara ini dicoba selama enam kali siklus haid. Dosisnya pertama 1 x 50 mg selama dua bulan. Bila tak ada perkembangan akan dinaikkan 2 x 50 mg pada dua bulan berikutnya. Jika belum berhasil juga akan dinaikkan lagi menjadi 3 x 50 mg.

2. Bila selama enam bulan pemberian obat itu belum ada hasilnya, akan diberikan suntikan hormon pada hari ke-6 sampai 10 siklus haid, suntikan dilakukan tiap hari. Suntikan hormon itu bisa FSH atau gabungan FSH-LH. Di awal terapi dosis yang diberikan 75 IU dan dinaikkan menjadi 150 IU pada terapi kedua. Bila diameter folikel sudah mencapai 18-20 mm, akan disuntik dengan hormon hCG supaya folikel pecah. Pada saat itulah inseminasi siap dilakukan.

3. Bila kedua terapi itu gagal, akan dilakukan cara manipulasi hormon. Hormon alamiah akan dihilangkan atau diblok, kemudian dimanipulasi dari luar dengan disuntikkan hormon GnRH (Gonadotropin-Releasing Hormone) yang benar-benar mirip dengan hormon yang ada dalam tubuh. Hormon ini berfungsi mengeluarkan FSH dan LH.

(Tabloid Nakita/Marfuah Panji Astuti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com