Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Butuh Banyak Perempuan Ilmuwan

Kompas.com - 09/03/2011, 13:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Dibandingkan negara-negara lain, jumlah ilmuwan dari kalangan perempuan di Indonesia masih sangat sedikit. Indonesia perlu memiliki lebih banyak perempuan ilmuwan karena bidang keilmuan membutuhkan ketekunan dan kecermatan yang menjadi sifat bawaan wanita.

Hal tersebut diungkapkan Eniya Listiani Dewi, peneliti muda di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), usai acara Women in Science dalam rangka memperingati Hari Wanita Dunia ke-100 di @america, Pacific Place, Selasa (8/3/2011) lalu.

Perempuan termuda peraih penghargaan Habibie Award 2010 di bidang Ilmu Rekayasa ini mengharapkan lahirnya ilmuwan-ilmuwan di bidang teknologi maupun engineering dari kalangan perempuan.

“Kalau di bidang teknologi seperti yang saya geluti, jumlahnya lumayan. Tapi kalau di bidang engineering, jumlahnya sangat sedikit,” kata ibu tiga anak ini kepada Kompas.com.

Kondisi ini, lanjut Eniya, disebabkan kondisi masyarakat yang di beberapa kelas sosial posisi perempuan masih tertekan dan terkucilkan.

“Karena itu, melalui acara diskusi semacam ini, saya ingin menyampaikan kepada para wanita di Indonesia agar mereka merasa kuat dan merdeka di bagian manapun mereka berada. Termasuk di rumah juga harus merasa merdeka. Artinya ikhlas dengan keadaan, dan bisa memaksimalkan diri,” tutur penyandang gelar doktor dari Waseda University, Jepang, ini.

Eniya melihat di kota-kota besar para perempuan dan ibu rumah tangga sudah mampu memaksimalkan diri dengan cara berbisnis dan berkarier tanpa harus meninggalkan rumah. “Teknologi internet sudah memberi kemudahan bagi para wanita. Makanya mereka harus belajar banyak hal. Belajar komputer dan ilmu lainnya,” ujar Eniya.

Women in Science
Program "Women in Science" yang diadakan Kedutaan Besar Amerika untuk Indonesia semalam bersama dua narasumber dari kalangan ilmuwan wanita, yaitu Deputi Direktur Eijkman Institut Herawati Sudoyo yang membuat terobosan dalam pemeriksaan DNA forensik, dan Eniya Listiani Dewi yang sukses melakukan rekayasa teknologi sel tunam (fuel-cell) sebagai sumber listrik alternatif.

Women in Science juga menghadirkan Kepala Environmental Protection Agency (EPA) Lisa P Jackson dan Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Kerri-Ann Jones yang melakukan diskusi lewat jaringan internet (webcast discussion) dari Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat di Washington DC, Amerika Serikat.

Acara yang dihadiri oleh pelajar dan mahasiswa dari SMA Insan Cendikia dan Sekolah Tinggi Science Al Kamal ini membahas seputar peran perempuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com