Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penampilan Fisik Dalam Hubungan, Pentingkah?

Kompas.com - 21/03/2011, 09:41 WIB

KOMPAS.com — Meski ada yang bilang cinta itu buta, nyatanya, penampilan fisik masih memiliki peran penting dalam mencipta persepsi cinta dalam diri seseorang. Peran penampilan terhadap persepsi kesukaan terhadap orang lain tidak hanya berlaku pada pria terhadap wanita, sebaliknya pun berlaku.

Wulan Danoekoesoemo, psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia, dalam sebuah acara yang digelar lembaga Hitman System, bertajuk Revolusi Cinta, beberapa waktu lalu mengungkap, secara psikologis ada 3 hal utama yang membuat seseorang tertarik terhadap lawan jenisnya; fisik (kecantikan, kepercayaan diri), interaksi positif, dan kesukaan akan hal yang sama. Untuk interaksi positif dan kesamaan kesukaan sudah jelas. Tetapi, bagaimana dengan penampilan? Apakah pengaruhnya mutlak? Baik untuk perempuan dan laki-laki?

Menurut Louann Brizendine, profesor psikologi klinis di University of California, San Fransisco, AS, juga pengarang buku The Female Brain, pria dan wanita sama-sama menilai bahwa fitur fisik seseorang adalah hal yang penting, baik disadari maupun tidak. Namun, memang, pria menilai keindahan fisik itu lebih penting jika dibandingkan dengan cara pandang wanita. Menurut Brizendine, saat proses ketertarikan terjadi, bagian otak pria yang terasosiasi dengan proses informasi visual lebih aktif. Hal ini juga terjadi di otak perempuan, namun, saat yang bersamaan, di otak wanita berlangsung proses pengambilan keputusan, yang artinya wanita berpikir lebih banyak dari sekadar menilai penampilan fisik.

Bagaimana dengan ujar-ujar "cinta buta"? Brizendine mengatakan, tak selalu berarti begitu. "Saat berada dalam sebuah hubungan, Anda pasti menyadari dan mengerti kekurangan dari si pasangan, namun otak Anda juga mengatakan bahwa hal-hal itu boleh ditolerir dan ditutupi," jelas Lucy Brown, Ph.D., profesor neuroscience di Albert Einstein College of Medicine, New York, AS, yang mengambil spesialisasi pada respon otak terhadap cinta, seperti dikutip dari Real Simple.

Sementara studi yang berlangsung di Wellcome Department of Neuroimaging di University College di London menemukan bahwa saat pasangan bersilih tatap, bagian otak yang terasosiasi terhadap penilaian sosial dan emosi negatif cenderung berada dalam keadaan setengah tidur, alhasil kemampuan penilaian kritis kita menjadi tumpul. Mekanisme ini kemungkinan besar telah mengalami evolusi sehingga bisa membantu banyak orang untuk melewati tahapan-tahapan hubungan awal yang kadang penuh stres, seperti saat baru memiliki anak.

Dipaparkan lagi oleh Wulan, kita cenderung tertarik kepada orang-orang yang serupa dengan kita. Mereka yang memiliki paras nyaman ditatap akan mencari orang yang juga nyaman ditatap, dan dari latar belakang sosio-ekonomi tertentu pun akan mencari yang sepadan. Para ahli percaya bahwa hal ini terjadi melalui pemikiran kesetaraan yang mencetuskan pemikiran, kesamaan ini bisa menciptakan hubungan yang stabil. Contoh, aktris kenamaan yang berpasangan dengan bintang musik karena tipe pria semacam itu memiliki ketenaran dan kekayaan yang sama dengan dirinya. Tetapi, begitu melewati masalah dasar, jumlah rekening, dan atribut kepribadian, perbedaan juga kadang menjadi daya tarik di antara dua pribadi.

"Kita bisa saja jatuh cinta kepada orang yang misterius dan menantang bagi kita," jelas Helen Fisher, profesor Antropologi di Rutgers University, New Jersey, AS, dan pengarang Why We Love: The Nature and Chemistry of Romantic Love. Bisa jadi, ini merupakan dorongan dari dalam diri. Jika dua orang yang sangat berbeda mencampurkan DNA, mereka akan menciptakan variasi genetik, dan anak yang mereka hasilkan akan menjadi pribadi yang unik dan memiliki beragam kelebihan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com