Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mewahnya Tas Kulit Ular dari Scano Exotic

Kompas.com - 23/03/2011, 10:26 WIB

KOMPAS.com - Bagi kaum perempuan, tas kini bukan sekadar sebagai alat untuk membawa barang. Tas yang dibuat dengan model yang unik, dan dibuat dari bahan yang berkualitas, juga akan menambah kepercayaan diri. Selain mampu menampung semua perlengkapan pribadi, keunikan tas yang dipakai juga membuatnya diperhatikan orang.

Salah satu produsen tas yang mengerti betul kebutuhan perempuan ini adalah Scano Exotic Indonesia. Pemilik butik tas kulit lokal ini, Anto Suroto, mengatakan bahwa menggunakan tas kulit Scano pasti dapat menambah percaya diri.

"Kalau orang pakai tas yang bagus dan mahal, minimal ada yang melirik, lalu mungkin bertanya kepadanya. Nah, ini yang membuat si pemakai tas yang tadinya mungkin pendiam jadi cerewet, yang tidak percaya diri jadi percaya diri," tutur Anto, saat ditemui Kompas Female di kantornya di kawasan Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat, Selasa (22/3/2011) lalu.

Ia menjamin produk-produk tasnya bisa menaikkan gengsi karena harganya yang mahal sebanding dengan kualitas produknya. Kulit reptil sendiri biasa digunakan sebagai bahan baku produk branded  karena memiliki tekstur yang baik, dan tahan lama. Sebanyak 70 persen produk Scano berasal dari kulit ular, 20 persen dari biawak, dan sisanya adalah campuran. Ular yang digunakan adalah jenis Phyton, yang kualitas kulitnya paling tinggi dibandingkan jenis ular lain seperti ular air dan ular sanca. Semakin besar sisik pada tas, harga tas akan semakin mahal.

Untuk menghasilkan produk tas kulit yang berkualitas tinggi, Anto sengaja belajar secara otodidak hingga ke Jepang, beberapa negara di Eropa, dan di Amerika. Pertemuannya dengan orang-orang Jepang yang sempat mengatakan bahwa produk Indonesia kurang berkualitas, menggugahnya untuk menghasilkan karya yang bisa membanggakan Indonesia.

Setelah mendapatkan ilmunya, Anto mulai memproduksi tas kulitnya di Indonesia. Sejak mendirikan perusahaannya pada 2002, seluruh proses produksi Scano dilakukan di Tangerang dan Jakarta. Bahan baku tas didapatkan dari produsen dendeng ular, empedu ular, bisa ular, yang kulit ularnya tak terpakai.

"Jadi tas Scano itu sebenarnya limbah. Itu kulit ular yang tidak terpakai, jadi jangan berpikir bahwa saya punya penangkaran ular," tegasnya.

Untuk penggunaan kulit ular ini, Scano memiliki izin resmi dari pemerintah. Scano telah memegang sertifikat "CITES" (Convention International Trade In Endangerered Species of Wild Fauna and Flora), izin perdagangan antarnegara yang berkaitan dengan flora dan fauna. Artinya, penggunaan kulit binatang untuk industri tas ini dinyatakan tidak mengancam kelangsungan hidup binatang tersebut.

Tas kulit dengan label Scano kemudian ia pasarkan di Jepang, Amerika, dan Eropa, melalui pameran-pameran tunggal. Jelas tak mudah menembus pasar internasional. Selama tiga tahun pertama ia jatuh-bangun mempromosikan tas kulitnya.

"Untuk membuat mereka percaya, saya coba sistem titip barang. Jadi saya kirim tas dalam jumlah banyak. Ketika tas tersebut terjual baru mereka transfer uang. Saya mau membangun kepercayaan dulu," kenangnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com