Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Pekalongan Makin Tertekan

Kompas.com - 23/03/2011, 21:21 WIB

PEKALONGAN, KOMPAS.com - Industri tekstil dan batik di Pekalongan kian tertekan, akibat tingginya harga bahan baku, serta menurunnya pemasaran. Agar tetap bertahan, saat ini mereka terpaksa mengurangi produksi. Bahkan, sejumlah industri kecil terpaksa berhenti sementara waktu, karena tidak sanggup lagi mengimbangi kenaikan harga bahan baku.

Direktur PT Unggul Jaya Sejahtera, salah satu perusahaan tekstil printing di Pekalongan, Vincentius Sugijanto, Rabu (23/3/2011) mengatakan, kenaikan harga bahan baku sangat membebani usaha. Harga kain yang sebelumnya sekitar Rp 6.000 per yard, saat ini mencapai Rp 10.000 per yard. Kenaikan harga juga terjadi pada komponen harga bahan baku lain, seperti minyak tanah untuk industri.

Akibat kenaikan harga bahan baku tersebut, sejak tiga bulan lalu, ia terpaksa mengurangi produksi dari sekitar 100 bal per hari, menjadi 20 hingga 30 bal per hari (satu bal rata-rata berisi 15 kodi). Meskipun demikian, ia tidak mengurangi jumlah karyawan yang berjumlah sekitar 250 orang, sehingga tetap harus menanggung biaya tenaga kerja yang tinggi. "Sekarang kelebihan tenaga kerja," katanya.

Menurut Vincentius, penurunan produksi juga disebabkan menurunnya penjualan. Selama ini, ia memasarkan produknya ke Surabaya, Jakarta, dan Solo. Sebagian produk yang dipasarkan melalui Jakarta juga diekspor, sedangkan produk yang dipasarkan melalui Solo, juga didistribusikan ke sejumlah objek wisata.

Akibat bencana yang melanda sejumlah negara, seperti Jepang, tingkat kunjungan wisata berkurang, sehingga permintaan tekstil printing dari para pedagang juga berkurang. Selama ini, rata-rata penjualan ke wilayah Solo sekitar 20 persen dari total produksi.

Selain itu, penjualan menurun karena daya beli masyarakat turun. Untuk mengimbangi kenaikan harga bahan baku, ia terpaksa menaikkan harga jual kain sekitar 25 persen hingga 50 persen. Sebagai contoh, harga kain printing yang sebelumnya Rp 400.000 per kodi, naik menjadi Rp 600.000 p er kodi, sedangkan harga sprei yang sebelumnya Rp 1,6 juta per kodi, saat ini mencapai lebih dari Rp 2 juta per kodi.

"Namun kenaikan harga tersebut sulit diterima pasar, sehingga permintaannya turun. Penurunan penjualan hampir sama dengan penurunan produksi, sekitar 60 hingga 70 persen," ujarnya.

Ia menambahkan, kondisi tersebut sangat parah, sehingga harus segera diatasi. Apabila dibiarkan berlarut-larut, diperkirakan industri tekstil hanya akan mampu bertahan hingga dua atau tiga bulan ke depan.

Kesulitan tidak hanya dirasakan industri skala besar, tetapi juga industri kecil. Ketua Serikat Pembatik Pasirsari, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan, Shodikin mengatakan, saat ini dari sekitar 110 perajin batik di wilayahnya, sekitar 20 persen terpaksa berhenti berproduksi. Mereka tidak mampu mengimbangi kenaikan harga bahan baku, berupa kain dan gondorukem.

Harga bahan baku kain mencapai Rp 9.800 per yard, naik dari harga bulan lalu Rp 8.500 per yard, atau dari akhir tahun lalu sekitar Rp 7.000 per yard. Dalam enam bulan terakhir, harga gondorukem juga naik dari Rp 15.000 menjadi Rp 32.000 per kilogram.

Menurut dia, saat ini sebagian pembatik yang masih berproduksi, juga terpaksa mengurangi produksi, termasuk dirinya. Ia mengurangi produksi hingga 40 persen, dari sebelumnya 50 kodi menjadi 30 kodi per minggu. "Pemerintah harus serius membantu perajin batik. Kalau tidak, batik Pekalongan bisa musnah," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com