Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Melinda dan Selly Memilih Jalan Pintas

Kompas.com - 05/04/2011, 09:56 WIB

KOMPAS.com — Uang, kekuasaan, dan wanita (juga pria) menjadi kelemahan manusia. Manusia semakin terlemahkan ketika gaya hidup menjadi fokus dalam hidupnya. Kelemahan yang manusiawi ini membuat seseorang semakin terpuruk dalam hidupnya saat karakter dan integritas tak lagi dijaga. Inilah yang terjadi pada tersangka kasus dugaan pembobolan dana nasabah Citibank, Melinda Dee (47), dan dugaan penipuan yang dilakukan Selly Yustiawati (25).

"Seseorang bisa mencapai puncak dengan kharisma, skill, dan pengetahuan. Namun, seseorang hanya bisa bertahan di puncak kesuksesan karena memiliki karakter dan integritas," ucap motivator termuda di Asia, Bong Chandra, kepada Kompas Female.

Peristiwa dan tindakan kriminal yang dilakukan Melinda dan Selly menunjukkan bagaimana kelemahan manusia membawa kedua perempuan ini terjerat dalam kasus hukum, sekaligus mencoreng reputasinya. Menurut Bong, individu yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu cenderung tipikal orang yang senang dengan jalan pintas. Padahal, jalan pintas berisiko tinggi, dan sesuatu yang didapatkan cepat maka akan cepat juga lenyap.

"Cepat di sini bukan ukuran waktu, bukan berapa lama mendapatkan, melainkan lebih pada cepat dalam mendapatkan sesuatu tersebut," ungkap Bong.

Meskipun memahami bahwa jalan pintas berisiko, menurutnya, seseorang masih saja menjalaninya karena memang uang, kekuasaan, dan wanita (atau pria) bisa melemahkan seseorang. Jalan pintas kerap kali dipilih mencapai "sukses" karena fokus individu lebih pada pemenuhan gaya hidup bukan kepada upaya menjadikan dirinya sejahtera dan bahagia.

"Fokus orang yang menghalalkan segala cara lebih kepada lifestyle, bukan wealth," lanjutnya.

Lebih jauh Bong menjelaskan, seseorang yang fokus pada gaya hidup cenderung terjebak kesenangan. Sementara itu, miliarder sejati justru memiliki gaya hidup yang tak berlebihan. Ia lalu berkisah bagaimana penulis buku The Millionaire Next Door mewawancara 300 miliarder di Amerika untuk bukunya. Hasilnya, ditemukan bahwa orang kaya suka menawar harga, membeli barang diskon, membeli mobil bekas atau mobil Jepang atau Korea yang lebih murah daripada mobil Eropa.

"Hasil wawancara ini menampar paradigma yang ada bahwa orang kaya punya gaya hidup yang tidak bagus. Sementara itu, mereka yang fokus pada gaya hidup terlihat kaya, tetapi berutang, korupsi, dan memiliki utang kartu kredit. Sebaliknya, orang kaya memiliki gaya biasa saja, tetapi memiliki banyak properti dan berbagai bisnis," ungkap Bong.

Kasus yang terjadi pada Melinda dan Selly, kata Bong, menjadi pembelajaran bagi semua orang yang punya kelemahan yang sama. Karenanya, tugas anak muda di antaranya belajar menunda kesenangan dan jangan terjebak di dalamnya.

"Kejarlah penderitaan sementara dan tunda kesenangan. Kita harus fokus dengan hasil akhir sambil menikmati proses, tetapi jangan fokus pada proses. Misalnya, tak harus mengganti motor ke mobil, tak apa menderita sementara, asalkan cicilan properti terbayarkan. Berhemat dua tahun, misalnya, dengan masih berkendara motor, tetapi di sisi lain properti terbayarkan," Bong memberi contoh.

Agar menikmati proses, sesulit apa pun kondisinya, seseorang perlu melihat proses tersebut sebagai cara bertumbuh sebagai manusia.

"Saat Anda merasa tak nyaman dengan suatu kondisi, itulah saatnya Anda bertumbuh sebagai manusia. Ketidaknyamanan sama dengan pertumbuhan. Ini caranya menikmati proses. Sementara itu, kenyamanan membuat seseorang tidak bertumbuh. Korupsi membuat sebagian orang nyaman, tetapi ia tidak bertumbuh," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com