Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serunya Belajar Bikin Motif "Tie Dye"

Kompas.com - 22/04/2011, 22:02 WIB

KOMPAS.com - Pewarna alam merupakan salah satu alternatif menghasilkan karya dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Proses pewarnaan dengan bahan-bahan alami ini ternyata tak hanya bisa diterapkan pada kain batik, tetapi juga untuk kain motif lain, seperti tie dye (ikat celup).

Untuk mempopulerkan penggunaan zat pewarna alam ini, Komunitas Klasik Indonesia mengadakan workshop "Ikat Celup dengan Pewarna Alam" di Museum Tekstil Indonesia, Jakarta, beberapa waktu lalu. Salah satu dari rangkaian program "Dari Wanita untuk Karya dan Alam Indonesia" ini terlihat cukup diminati, terlihat dari banyaknya peserta yang mengikuti workshop tersebut.

Pembuatan kain dengan motif ikat celup diawali dengan mengikat selembar kain putih dengan tali rafia. Kreativitas masing-masing peserta dalam mengikat kain tersebut akan menentukan pola motif tie dye itu sendiri. Oleh karena ini jangan heran bila ada yang memasukkan kelereng ke dalam kain, lalu mengikatnya dengan tali. Tetapi ada pula yang "bermain aman" dengan mengikat-ikat kain langsung dengan tali.

"Semakin kencang ikatan, akan semakin tebal motifnya terbentuk," ujar Benny Gratha, volunteer Museum Tekstil Indonesia yang memberikan pengarahan kepada peserta workshop.

Setelah semua kain putih terikat-ikat, kain bisa mulai dicelup ke dalam bahan pewarna. Kain putih terlebih dahulu dicelup ke dalam air tawas untuk dibersihkan, setelah itu baru dimasukkan ke dalam pewarna yang telah tersedia. Celupan kain ke dalam pewarna dilakukan selama lima menit. Dari pewarna, kain yang masih terikat tersebut dijemur sampai kering, lalu dimasukkan ke cairan untuk fiksasi (baca: Pewarna Alam Bikin Warna Batik Jadi Unik). Setelah fiksasi, ikatan-ikatan pada kain dibuka, dan kain dijemur kembali. Setelah kering, motif ikat celup sudah dapat terlihat hasilnya.

Aktivitas di alam terbuka ini merupakan simulasi teknik ikat celup yang sesungguhnya. "Kalau kain asli, kainnya harus dicuci dan direndam dalam air sabun selama 12 jam, lalu dibilas dan dikeringkan. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam zat pewarna alam yang sudah diekstraksi. Misalnya kita rebus satu kilogram bahan dengan 10 liter air, nah, airnya itu yang kita gunakan untuk mencelup kain," jelas Benny, yang kemudian menjelaskan proses mencelup kain ke dalam zat pewarna.

"Kalau kain asli cukup dicelup lima menit, tapi menjemurnya yang lama, bisa sehari penuh. Karena sekarang hanya simulasi, jadi kainnya tidak kita jemur terlalu lama," lanjutnya.

Pencelupan juga hanya dilakukan satu kali, berbeda dengan kain asli yang membutuhkan lebih dari 30 kali pencelupan ke dalam zat pewarna untuk mendapatkan tingkat kekentalan warna yang pekat pada kain.

"Kalau di Palembang, kain itu dicelup sampai 30 kali. Bahkan di Solo, sampai 40 kali. Jadi kain dicelup lima menit, dijemur seharian, nanti dicelup lagi lima menit, jemur lagi seharian, begitu seterusnya sampai dapat kekentalan warna yang diinginkan," ujar Benny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com