Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diet Dukan, Trik Langsing Tanpa Kelaparan

Kompas.com - 29/04/2011, 11:06 WIB

KOMPAS.com - Diet Dukan yang konon dijalankan oleh Kate Middleton ini, telah terbukti mampu merampingkan tubuh penyanyi Jennifer Lopez dan supermodel Gisele Bundchen segera setelah melahirkan. Lebih dari 1,5 juta orang di Perancis pun menerapkan cara langsing yang dinilai cukup menyenangkan ini.

Entah karena diet Dukan atau berkat pola makan tradisional masyarakatnya selama ini memang sudah baik, menurut WHO, kejadian kegemukan di Perancis hanya sekitar 10 persen, lebih rendah dari negara-negara barat lainnya. Diet hasil kreasi Dr. Pierre Dukan ini makin populer sejak ia meluncurkan buku The Dukan Diet pada tahun 2000.

Sebetulnya, saat pertama kali menyarankan seseorang yang putus asa karena selalu gagal berdiet, untuk hanya mengonsumsi protesin dan minum air putih selama lima hari, Dr Dukan masih berprofesi sebagai ahli syaraf. Kesuksesan orang itu, disusul keberhasilan yang lain, memotivasi Dukan untuk menekuni bidang gizi. Sejak tahun 1973 ia pun berpraktik sebagai dokter gizi.

Seperti apa rahasia langsing ala Perancis ini? Pola makan ini pada dasarnya merupakan diet tinggi protein, rendah lemak dan karbohidrat, yang terdiri atas empat fase:

1. Fase serangan: sekitar seminggu kita hanya boleh mengonsumsi protein seperti daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, ikan, seafood, dan hasil olahan susu bebas lemak, seperti keju cottage atau yoghurt tawar. Dianjurkan minum 3 liter air putih per hari. Boleh minum teh dan kopi tanpa gula. Makanan harus dipanggang atau dibakar. Telur rebus, putihnya boleh dikonsumsi sesukanya, tetapi kuningnya hanya 3-4 butir per minggu. Hindari makan bebek, angsa, gorenga, makanan kalengan. Dianjurkan beroleh raga cepat 20 menit per hari. Diet tinggi protein perlu waktu lama dicerna tubuh, dan bisa membakar banyak kalori (30 persen) untuk mencernanya, sementera lemak hanya membakar 12 persen kalori dan karbohidrat hanya 7 persen kalori. Selain kalori lebih banyak terbakar, protein juga membuat perut kenyang lebih lama, sehingga orang tidak cepat lapar. Dalam fase yang sangat rendah serat ini, banyak ahli gizi. Karena itu, disarankan mengonsumsi suplemen viamin dan mineral.

2. Fase Sayuran: mengonsumsi menu tinggi protein ditambah sayuran seperti tomat, bayam, brokoli, timun, daun bawang, seledri, lobak, asparagus, kubis, jamur, terung, cabai. Wortel dan bit boleh dikonsumsi dalam porsi sedang. Sayuran ini boleh disantap segar atau direbus/dikukus. Hindari: makanan sumber tepung (nasi, kentang, jagung, kacang polong, alpukat, dll), gula, minyak, lemak. Dianjurkan mengonsumsi dua sendok makan oat setiap hari dan jalan cepat 25-30 menit per hari. Fase ini dilakukan hingga mencapai berat badan yang diidamkan, tetapi turunnya berat badan sebaiknya maksimal 1 kg per minggu saja.

3. Fase Konsilidasi: setelah tercapai berat ideal, kita boleh kembali ke pola makan normal, tetapi dilakukan secara perlahan untuk menghindari munculnya efek yo-yo. Perkenalkan kembali makanan yang sebelumnya dihindari, seperti roti, mi, nasi, dll. Cara ini akan membiasakan tubuh kita pada pola makan baru dan berat badan tetap ideal. Lanjutkan mengonsumsi 2 sendok makan oat dan jalan kaki 25-30 menit per hari. Harus ada satu hari dalam seminggu, saat kita hanya boleh mengonsumsi protein.

4. Fase Stabilisasi: bila berat badan sudah stabil, kita bebas makan dan minum, tetapi harus ada satu hari dalam semingg saat kita hanya makan protein. Dan 'hari protein' itu harus diadakan seumur hidup. Dr Dukan menganjurkan untuk jalan cepat 30-45 menit per hari karena oleh raga merupakan kunci keberhasilan diet Dukan juga. (E. Saptorini)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com