Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengusaha Perempuan Melupakan "Labour Cost"

Kompas.com - 30/05/2011, 10:43 WIB

KOMPAS.com - Perempuan saat ini mulai banyak yang berpikir untuk menjadi pewirausaha (entrepreneur). Usaha yang dijalankan kaum perempuan umumnya tidak jauh dari bidang-bidang yang dekat dengan kehidupan perempuan sendiri, seperti kecantikan, kebutuhan rumah tangga, dan juga kuliner. Sayangnya, dalam berwirausaha tidak sedikit perempuan yang hanya memiliki prinsip "yang penting untung" tanpa memikirkan dirinya sendiri.

Banyak perempuan wirausahawan yang tidak memikirkan "labour cost" bagi dirinya. Labour cost dapat diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh diri pribadi, yang harus kembali lebih banyak setelah usaha yang dirintis mendapatkan keuntungan.

"Kebanyakan wanita memberi harga untuk produk yang dijualnya sebatas untuk mencari untung saja. Misalnya modal Rp 50 ribu, dia jual Rp 75 ribu. Padahal, kalau dia memikirkan biaya yang dia keluarkan untuk transportasi, biaya hidupnya saat meninggalkan anak, meninggalkan suami, dan biaya lainnya, seharusnya dia lebih berani menjual dengan harga Rp 100 ribu," ujar pakar kuliner Bondan Winarno pada Kompas Female, usai memandu talkshow "Wanita dan Wirausaha" di acara Women Fiesta di Gandaria City, Jakarta, Sabtu (28/5/2011) lalu.

Bondan juga menceritakan pengalamannya membeli sebuah barang hasil buatan tangan seorang perajin perempuan yang dijual dengan sangat murah. "Saat saya bayar lebih, dia malah kaget. Yang seperti ini harus diubah. Harusnya mereka lebih menghargai diri mereka," ungkap Bondan.

Menurutnya, tingkat pendidikan sangat menentukan pemahaman seorang perempuan akan penghargaan terhadap kerja kerasnya. Kesadaran akan pentingnya menghargai diri dalam menjalankan usaha, salah satunya bisa diberikan pihak bank pada saat memberikan pinjaman usaha. Namun, menurut Bondan, para perempuan masih cenderung malu untuk meminjam uang ke bank, dan menunggu sampai betul-betul terhimpit masalah keuangan.

"Padahal, pinjam uang saat kepepet itu bukan waktu yang tepat. Pihak bank akan ragu untuk membantu pada saat Anda tidak punya apa-apa. Maka, pinjamlah saat sedang bersemangat untuk membangun usaha," jelasnya.

Yang perlu diingat, saat Anda meminjam uang di bank, track record Anda akan dicatat oleh bank berdasarkan transaksi-transaksi yang terjadi dalam rekening Anda. Oleh karena itu, usahakan untuk memisahkan rekening pribadi dengan rekening usaha, agar ketika dipantau oleh pihak bank, tidak ada transaksi pribadi yang terdeteksi oleh bank.

Bondan juga menyarankan calon entrepreneur untuk melakukan riset pasar sebelum membuka usaha. Misalnya saat ini kuliner Nusantara sedang digemari, maka tidak ada salahnya untuk membuat usaha kuliner Nusantara.

Setelah melakukan riset pasar dan mengajukan pinjaman usaha ke bank, calon entrepreneur juga harus siap untuk mengalami jatuh-bangun saat memulai menjalankan usaha. Keuntungan tidak akan tiba-tiba datang dengan melimpah, ada kalanya Anda harus merasakan rugi terlebih dahulu, baru mulai merasakan untung sedikit demi sedikit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com