Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Chef Juna: "Saya Sebenarnya Pemalu" - Bagian II

Kompas.com - 18/08/2011, 09:15 WIB

KOMPAS.com – Edwin Lau, Farah Quinn, Adhika Maxi, Rinrin Marinka, atau Karen Charlotta, adalah beberapa nama chef yang tengah populer saat ini. Namun sejak program MasterChef Indonesia mulai ditayangkan di sebuah stasiun televisi swasta 1 Mei lalu, perhatian para penonton langsung tersita pada wajah baru yang menjadi salah satu juri: Juna Rorimpandey. Siapa sebenarnya pria bertato dan bertampang jutek, yang gemar melontarkan komentar-komentar pedas itu?

Banyak yang tak mengira bahwa Juna sebenarnya sudah cukup dikenal di bisnis restoran. Selama 14 tahun tinggal di Amerika, ia sudah menjabat posisi sebagai executive chef di beberapa restoran terkenal, seperti Uptown Sushi, Ocenaire Seafood Fine Dining, dan The French Laundry. Ia menguasai teknik mengolah hidangan Jepang dan Perancis, dan menjadi chef yang cukup disegani.

"Awalnya saya kembali ke Indonesia bukan karena ditawari program itu. Tetapi mungkin orang-orang di MasterChef sudah mengenal nama saya, bahwa ada orang Indonesia yang sukses jadi chef di Amerika,” ungkap Juna pada Kompas Female, membuka obrolan mengenai awal keterlibatannya dengan program reality show tersebut.

Setelah selama 12,5 tahun tidak pulang ke Indonesia, Agustus 2009 ia memutuskan kembali karena ada event Harley-Davidson yang paling besar di Jakarta. Sebagai penggemar motor gede, Juna jelas tak ingin melewatkan event tersebut. Ia merasa, inilah kehidupannya dulu. Ia ingin bernostalgia dengan teman-teman lama maupun saudara-saudaranya. Tetapi ketika ia pulang untuk berlibur, ternyata orang-orang yang ingin ditemuinya justru sedang sibuk bekerja.

Rencana nostalgia tersebut memang buyar, tetapi kehadirannya rupanya sudah mencuri perhatian para pemilik bisnis restoran maupun produser televisi. Saat itu, bahkan sejak kuliah, ia sebenarnya sudah banyak menerima tawaran untuk membintangi iklan, sinetron, atau cooking show.

“Enggak tahu ya, mungkin mereka melihat, ini ada new kid in town yang sukses, muda, energetic, pakai anting, rambut spike, punya tato, dan segala macam. Tapi saya menolak. Saya enggak mau, dan enggak bisa. Jujur aja, saya enggak pernah kepingin jadi artis,” tutur pria yang juga gemar naik gunung ini.

Juna juga enggan menerima tawaran menjadi pemandu acara-acara demo masak, karena bukan itu yang diinginkannya. Ia merasa, ia seorang chef di professional kitchen. Niatnya pulang ke Indonesia antara lain juga disebabkan karena ia melihat peluang untuk perkembangan profesi chef dan bisnis restoran. Ia ingin bekerja dan membangun restoran dengan konsep yang selama ini menjadi impiannya.

Selain itu, ada alasan lain mengapa Juna menolak berbagai tawaran tersebut. Satu hal yang tak diketahui oleh banyak orang mengenai dirinya adalah, “Saya sebenarnya sangat pemalu,” akunya, entah bercanda atau serius.

Sebagai chef, tentunya ia lebih percaya diri bila berada di balik layar, alias di dapur. Momen di depan layar yang pernah dilakukannya, paling-paling menemui pengunjung restoran yang ingin menyampaikan sesuatu mengenai kualitas hidangan dan layanannya.

"Saya paling enggak bisa berada di hadapan kamera, karena merasa sangat enggak comfortable berada di depan kamera. Makanya saya selalu menolak tawaran untuk menjadi model, atau acara-acara kuliner dimana saya harus berpose atau berbicara dengan kamera,” papar pria yang mengidolakan Thomas Keller, chef Amerika yang juga pemilik restoran The French Laundry ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com