Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merias Wajah Sebagai "Self Healing"

Kompas.com - 10/10/2011, 13:38 WIB

KOMPAS.com - Dinda Nawangwulan, survivor kanker payudara, tak hentinya memotivasi perempuan penderita kanker payudara melalui keterampilan merias wajah. Baginya, berdandan dan merias wajah, menjadi salah satu bentuk penyembuhan diri (self healing), terutama bagi pasien kanker payudara.

Menyemangati perempuan lewat make up
Riasan wajah bukan sekadar untuk mempercantik diri dari luar, namun juga dari dalam. Berdandan memiliki pengaruh kuat ke dalam diri, kata Dinda, pendiri Pink Shimmerinc, sebuah komunitas dan pusat advokasi bagi para penderita kanker payudara untuk saling berbagi dan menebarkan optimisme.

"Jangan pernah menunjukkan ke orang lain kalau kita sedang sakit. Itu tidak baik untuk diri sendiri dan orang lain. Orang menjadi takut. Apalagi saat terkena kanker, bentuk alis menghilang karena pengaruh kemoterapi misalnya. Dengan tetap berdandan, saya ingin menunjukkan saya tidak sakit, dan baik-baik saja.  Dengan begitu saya lebih percaya diri," jelas Dinda seusai menerima donasi untuk Pink Shimmerinc di sela peringatan HUT ke-30 Wacoal di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dinda mengatakan, penderita kanker payudara, cenderung tidak memiliki semangat hidup. Namun dengan saling berbagi, melakukan berbagai kegiatan positif, termasuk kegiatan yang menambah keterampilan dirinya,para perempuan akan lebih termotivasi.

Untuk memotivasi perempuan yang mengalami hal sama dengan dirinya, Dinda selalu menyempatkan diri menjadi teman berbagi. Termasuk berbagi ilmu keterampilan make up, kepada survivor atau pasien kanker payudara.

"Saya membuka kelas make up, gratis, untuk survivor dan pasien. Maksimum satu kelas 10 orang. Saya bersedia dipanggil ke tempat yang diinginkan untuk mengajar make up. Sekadar untuk berbagi pengalaman juga saya mau datang, tentunya dengan menyesuaikan waktu yang tepat. Terutama untuk mereka yang baru saja divonis terkena kanker payudara," jelas Dinda yang berprofesi sebagai make up artist dan pendiri perusahaan fotografi & tata rias wajah, Shimmerinc.

Peduli dan berbagi

Saat ini, komunitas Pink Shimmerinc yang didirikan Dinda, tak hanya diikuti pasien dan survivor. Ada sekitar 20-30 perempuan yang aktif berbagi mengenai kanker payudara. "Kebanyakan dari mereka adalah perempuan yang peduli dan berempati, meski tak terkena kanker payudara," jelas Dinda.

Selain membuka kelas make up gratis, Dinda juga kerap mengajak anggota komunitasnya merancang kegiatan penggalangan dana. Mulai tahun ini, Dinda berharap bisa mengumpulkan dana untuk diberikan langsung kepada pasien yang sedang dalam pengobatan kanker payudara.

"Perawatan mahal, satu kali kemoterapi saja membutuhkan dana Rp 17 juta. Biasanya perawatan harus dilakukan 6-8 kali. Mereka yang divonis terkena kanker payudara sudah merasa terpuruk. Di tambah lagi dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk perawatan, mereka tambah terpuruk," ungkapnya.

Menjadi sahabat
Dinda tak hanya menjadi sahabat bagi para survivor atau pasien kanker payudara. Namun penyakit kanker payudara itu sendiri adalah juga sahabat bagi Dinda.

"Penyakit harus bisa menjadi sahabat, karena dengan begitu semuanya menjadi lebih mudah. Kalau penyakit dijadikan musuh, pengobatan menjadi sulit," tutur perempuan kelahiran 12 Oktober 1975 ini.

Melalui Pink Shimmerinc, kegiatan sosial yang dibangun bersama almarhum suaminya ini, Dinda mengajak perempuan untuk bersahabat dengan kanker payudara. Selain memberikan dukungan terhadap penderita, Dinda juga melakukan upaya pencegahan.

"Tidak ada kesadaran untuk memeriksakan lebih dini. Karena takut vonis, takut biaya, obat. Padahal biaya akan lebih berkurang jika penyakit ini dikenali dan ditangani lebih awal," kata Dinda, menyebutkan 50 persen dari 20.000 perempuan yang terkena kanker payudara, sudah terkena stadium 3 atau 4.

Dinda tak pernah lelah mengajak perempuan untuk mengenali tubuhnya. "Jika menemukan benjolan abnormal di payudara, segera periksa, lakukan pengecekan ke dokter," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com