Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Fashion Week, Pekan Mode Sesungguhnya

Kompas.com - 03/02/2012, 15:56 WIB

KOMPAS.com - Asosiasi Pengusaha dan Perancang Mode Indonesia (APPMI) menunjukkan kontribusinya mewujudkan mimpi menjadikan Indonesia sebagai pusat mode Asia di tahun 2015, dan pusat mode dunia di tahun 2025, dengan menggelar Indonesia Fashion Week (IFW). Tentunya APPMI tak sendiri menggelar ajang mode ini, melainkan diperkuat dengan dukungan dari berbagai pihak, pemerintah dan swasta. Salah satunya dukungan dari desainer dan pendidik, Susan Budihardjo.

"Saya antusias terlibat dalam IFW. Seharusnya fashion week seperti ini sudah dilakukan dari dulu. Ini kali pertama saya ikut serta dalam fashion week, dan saya mau terlibat karena menurut saya IFW merupakan pekan mode yang sesungguhnya, seperti yang dilakukan di negara lain. Bukan sekadar show dan bazaar," jelas Susan saat berbincang bersama Kompas Female di sekolah mode Susan Budihardjo, Cikini, Jakarta, Kamis, (2/2/2012) lalu.

IFW berlangsung 23-26 Februari 2012 di Jakarta Convention Center untuk dinikmati penggiat dan penggemar fashion dari berbagai kalangan. Hingga Januari 2012, terseleksi lebih dari 200 peserta pameran, mulai desainer muda, desainer independen, UKM, ataupun industri kecil. Bersama delapan orang lainnya dari kalangan mode dan media, Susan aktif menyeleksi peserta IFW ini.

Susan yang juga adalah pemilik sekolah mode, menilai IFW memiliki konsep yang sama seperti fashion week lainnya di dunia, bukan hanya untuk media atau undangan khusus saja, namun untuk berbagai kalangan di industri mode. "IFW yang paling kompak. Harusnya seperti inilah fashion week yang sebenarnya, seperti yang dilakukan negara-negara lain," ungkap desainer berpengalaman 30 tahun dan tercatat sebagai anggota Ikatan Perancang Mode Indonesia ini.

Memikirkan generasi penerus
Keterlibatan Susan di IFW terkait dengan kompetensi dan aktivitasnya kini di bidang pendidikan mode. "Saya tertarik dengan urusan generasi muda. Saya terlibat sebagai juri dalam kompetisi kreasi sarung dan membantu kurasi peserta pameran, karena saya tahu persis maunya IFW seperti apa," tuturnya.

Sebagai pendidik, Susan ingin memastikan mereka yang terlibat dalam IFW memenuhi kriteria fashion week terutama dari segi kualitas. Satu hal yang menjadi perhatian Susan saat menyeleksi peserta IFW adalah memastikan ada statement fashion di setiap booth peserta pameran. "Hadirkan yang berbeda, jangan sama, dan harus siap menerima pesanan berapa pun," inilah saran yang disampaikannya kepada peserta pameran saat seleksi di Jakarta, pertengahan Desember 2011 lalu.

Menurut Susan, melalui IFW inilah semua pihak belajar bahwa Indonesia harus memiliki fashion statement sendiri yang khas dan berkarakter. "Indonesia punya banyak produk fashion, mulai pakaian perempuan, laki-laki, pelengkap fashion seperti tas dan sepatu. Indonesia juga punya ciri khas dari bahan-bahan etniknya, namun material ini harus diproduksi massal agar bisa bersaing dan bisa go internasional," ungkapnya.

Penggiat fashion yang kini fokus pada dunia pendidikan ini berharap, tiga tahun mendatang, setidaknya Indonesia memiliki fashion week yang sejajar dengan Hong Kong. Untuk bisa mensejajarkan diri dengan Hong Kong Fashion Week, penggiat mode Indonesia perlu berpikir dan bertindak dengan cara berbisnis fashion skala internasional.

Fokus pada kelebihan
Saat menyeleksi peserta IFW, Susan mendorong berbagai pihak yang terlibat untuk fokus pada produk yang memberikan nilai plus baginya. Ia menemukan, banyak perusahaan yang membuat ragam produk, padahal mereka memiliki satu produk yang berkarakter dan memiliki nilai lebih."Banyak perusahaan yang tidak fokus, bikin apa saja asal laku, akhirnya banyak barang yang mirip," kata Susan menyebutkan produk fashion yang akan dihadirkan di IFW beragam di antaranya baju malam, busana muslim, ready to wear, aksesori.

Meski seleksi tak terlalu ketat pada ajang mode perdana ini, Susan menegaskan, brand yang terlibat di IFW harus representatif, memiliki produk baru dan berkualitas. Sebagai salah satu kurator fashion, ia juga memastikan produk fashion yang hadir di IFW berkarakter. Peserta juga harus siap memenuhi kebutuhan fashion week yang mendatangkan buyer lokal ini. "Fashion week butuh cepat, harga murah, dan permintaan dalam jumlah banyak," lanjutnya.

Saat proses seleksi, Susan menemukan plus-minus perusahan yang bergerak di industri fashion. Menurutnya ada sekitar lima persen peserta yang memiliki karakter kuat, dan menonjol, berasal dari kalangan muda. Namun secara keseluruhan, peserta yang berasal dari kalangan muda kurang dari 50 persen. Di sisi lain, tak sedikit perusahaan yang bergerak di bidang mode yang masih memiliki kelemahan dari sisi finishing, cutting, dan model baju yang cenderung rumit sehingga hanya dapat diproduksi terbatas dan dengan harga tinggi.

Melalui seleksi dan pelaksanaan IFW, diharapkan para penggiat fashion semakin memahami bagaimana seharusnya menjalani bisnis fashion termasuk terlibat dalam fashion week untuk memajukan industri mode di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com