Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Busana Tradisional Juga Bisa Bergaya Muda

Kompas.com - 01/03/2012, 11:28 WIB

KOMPAS.com - Bagaimana empat desainer menerjemahkan tema "Psychedelic Slang" untuk koleksi rancangannya? Deden Siswanto, Eny Ming, Ghea Panggabean, dan Defrico Audy menghadirkan busana vintage yang bisa digunakan sehari-hari, dalam peragaan di Indonesia Fashion Week, Jakarta Convention Center, Sabtu (25/2/2012) lalu. 

Enny Ming memilih untuk menerjemahkan kehidupan jiwa muda dalam koleksi Re-construction. Melalui koleksi busananya, Enny menggambarkan garis kehidupan yang kadang berjalan tidak sesuai rencana, sehingga perlu menata "puzzle" kehidupan untuk menyesuaikan keadaan. Potongan puzzle ini digambarkan dengan apik oleh Enny, dimana potongan bahan diatur sedemikian rupa dengan susunan yang artistik.

Aura androgini pun terasa dalam setiap sentuhan busananya. Sisi maskulin yang dipadukan dengan feminin terlihat menyatu dalam struktur busana berpotongan tegas ini. Enny menggunakan material berupa wool, katun, dan jersey. Untuk kesan yang lebih netral, digunakan warna hitam dan putih.

Budaya dalam jiwa muda
Deden Siswanto menampilkan koleksi busana vintage kontemporer yang mengawinkan gaya folklor, urban, dan multiera. Ia mengawinkan dua budaya, yaitu busana kerajaan Jawa dan busana Eropa di jaman kolonial. Rancangannya terkesan kontemporer dengan gaya tumpuk yang chic, dan sentuhan padu padan bergaya tradisional.

Kebaya modern yang dimodifikasi dengan berbagai gaya dipadukan dalam warna-warna yang lebih energik. Kebaya modifikasi ini menghadirkan potongan asimetris, tanpa lengan, kebaya cheongsam, sampai kebaya yang dipadu dengan aneka jubah formal atau kardigan. Untuk menghasilkan busana yang unik, Deden menggunakan material katun, korduroy, kanvas, linen, dan voile, dengan detail hand print, digital print, dan bordir tangan.

Ghea Panggabean pun sukses mencuri perhatian dengan koleksinya yang memadukan budaya China dengan budaya Indonesia. Motif keramik China peranakan, bordir China, sulaman Padang, hingga kebaya encim dengan tambahan bordir naga atau kupu-kupu, tampak di sana-sini. Busananya dibuat lebih modern dan dimodifikasi sehingga terasa lebih berjiwa muda. Kebaya encim, misalnya, dibuat dengan desain backless dengan tambahan bordir naga. Pemilihan warna dan motif busananya mirip motif porselain China.

Ghea kembali memamerkan kepiawaiannya mengolah motif print dengan mengaplikasikan print tangan pada bahan tulle, organza, dan velvet, yang ditambahkan detail bordir, dan manik-manik.

Sedangkan Defrico Audy menghadirkan kilauan pesona Sumatera Selatan dalam busananya. Lewat koleksinya yang bertajuk Wong Kito Cino, ia mengolah adat-istiadat bangsawan Sumatera Selatan pada jaman kerajaan Sriwijaya, dimana etnis China cukup berpengaruh pada masa tersebut. Di sini, Audy menggunakan songket Sumatera Selatan, tulle, french lace, thai silk, satin duchess, dan sutra sifon, untuk menghadirkan busana yang indah.

Sebagian besar koleksinya menampilkan busana tumpuk yang mudah dipadupadankan. Kebanyakan merupakan busana two pieces yang terdiri atas berbagai macam jaket, bolero, vest, dan kardigan, yang dipadu dengan skinny pants, pencil skirt, hingga gaun kemben.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com