Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maryam, Korban Diskriminasi Mengusik Empati

Kompas.com - 08/03/2012, 08:36 WIB

KOMPAS.com - Maryam, sosok perempuan muda ini menonjolkan pengaruh dan kekuatannya dari halaman awal hingga akhir sebuah novel realis karangan penulis fiksi Okky Madasari. Melalui Maryam, Okky menyuarakan kaum minoritas yang kerap mengalami diskriminasi, menderita karena ketidakadilan, terusir karena keyakinan. Maryam adalah sosok perempuan kuat yang diciptakan Okky dalam novelnya, untuk mengajak pembaca dari kalangan mayoritas agar bisa membayangkan bagaimana penderitaan kaum minoritas yang mengalami diskriminasi karena memilih berbeda.

"Perempuan harus selangkah lebih maju, aktif memperjuangkan hak yang terampas dan terabaikan oleh negara. Perempuan jangan menjadi obyek tetapi subyek pada perubahan. Perempuan dan semua warga negara harus ikut memperjuangkan keberagaman. Ini diwakili sosok Maryam," jelas Okky kepada Kompas Female seusai peluncuran buku Maryam, di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (7/3/2012) lalu.

Dalam novel ketiganya kali ini, Okky mengangkat cerita perempuan penganut Ahmadiyah asal Lombok dengan berbagai konflik yang dialaminya, termasuk diskriminasi dan penderitaan akibat pengusiran dari kampung halamannya sendiri karena berbeda keyakinan.

Untuk menguatkan ceritanya, Okky melakukan riset selama enam bulan di Pulau Lombok, termasuk mendatangi lokasi pengungsian warga Ahmadi di Gedung Transito. Wawancara dengan orang-orang Ahmadi  juga dilakukan Okky dengan mendatangi rumah yang dirusak massa. Penderitaan kaum minoritas yang terusir karena keyakinan direkam Okky melalui foto, dituliskan melalui kata-kata dalam novelnya, dan digambarkan dengan lirik dan nada dalam lagu-lagu gubahannya.

"Ada yang bertanya pada saya, apakah saya seorang Ahmadiyah? Kebetulan, saya bukan Ahmadiyah. Persinggungan dengan Ahmadiyah juga baru belakangan ini saja. Maryam bukan novel tentang Ahmadiyah tetapi tentang korban diskriminasi, penindasan, mereka yang dirampas haknya. Maryam dan Ahmadiyah hanyalah salah satu contohnya. Banyak korban diskriminasi lainnya, mereka yang mengalami diskriminasi karena gender dan keyakinan. Seperti Syiah di Madura, orang-orang di Bogor dari Gereja Yasmin yang mengalami kesusahan mendapatkan tempat beribadah. Maryam tidak sedang membela keyakinan tertentu tetapi lebih kepada perjuangan hak warga negara. Harapannya, dalam jangka pendek pengungsi Transito mendapatkan kembali rumah mereka sendiri," tutur Okky saat peluncuran novelnya.

Penggambaran kepedihan korban diskriminasi ditampilkan dengan kuat dalam peluncuran buku Maryam, melalui pertunjukkan seni dan sastra bertajuk "Yang Terusir karena Iman". Okky menampilkan hasil jepretannya selama melakukan riset di Lombok melalui pameran foto. Selain itu, sejumlah tokoh tampil dalam pembacaan cerita dan orasi budaya, diringi lantunan lagu ciptaan Okky dari pengalamannya menelusuri tokoh Maryam, hasil pembelajarannya dari penderitaan penganut Ahmadiyah.

Produser film Lola Amaria dan aktivis Tunggal Pawestri, serta Firdaus penganut Ahmadiyah membacakan beberapa bagian dari novel, menggambarkan berbagai konflik personal Maryam yang terusir karena berbeda keyakinan. Aktivis perempuan Maria Ulfa Anshor mendapat giliran menyampaikan orasi budaya berisi kritik terhadap kebijakan yang merampas hak warga negara, ditutup dengan sejumlah rekomendasi untuk menolak segala bentuk diskriminasi.

Empati

Maryam adalah kisah fiksi, menampilkan kehidupan personal seorang perempuan muda, mengangkat kisah cinta, keluarga, pertemanan dengan karakter, figur, konflik yang didapatkan dari kenyataan. Menurut Okky, sosok seperti ini lebih mudah mengena dan menarik simpati juga empati.

"Ini adalah novel yang kalau orang baca ia akan merasa dekat dengan cerita. Karena sosok Maryam sama seperti perempuan muda pada umumnya, menjalani aktivitas, bekerja, pernah hidup di kota besar, jatuh cinta," jelas penulis penerima penghargaan Khatulistiwa Literary Award 2011 untuk buku keduanya, mengangkat tema korupsi berjudul 86.

Membaca Maryam seperti mengusik kembali simpati dan empati. "Harapannya, orang akan berpikir seribu kali untuk melakukan diskriminasi, membedakan keyakinan, melakukan kekerasan. Novel ini menyuarakan mereka yang mengalami diskriminasi," ungkap Okky.

Fatimah Zahra (22), mahasiswa jurusan Filsafat dan Agama, penganut Ahmadiyah turut memberikan komentarnya mengenai isi novel Maryam. "Saya merasa tidak berjarak dengan apa yang diceritakan novel ini. Saya Ahmadiyah sejak lahir, dan saya tidak merasa berbeda namun justru bertanya-tanya, apa sebenarnya yang diributkan orang-orang? Maryam bisa menyuarakan mereka yang tidak bisa bersuara, tapi semoga saya tidak menjadi Maryam yang mengalami diskriminasi," ungkap Fatimah yang aktif dalam kegiatan sosial melakukan pendampingan untuk mereka yang mengalami diskriminasi dan kriminalisasi. "Saya ingin terjun ke sosial, melawan diskriminasi yang bagi saya menjadi kewajiban moral," ungkapnya kepada Kompas Female.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com