Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Benjolan Keras di Payudara

Kompas.com - 30/03/2012, 11:05 WIB

KOMPAS.com — Di kalangan wanita, kanker payudara didiagnosis sebagai jenis kanker yang paling mengancam jiwa. Hal ini disebabkan karena kebanyakan pasien baru berobat ke dokter saat kankernya sudah stadium lanjut.

Padahal, saat ini metode pemeriksaan dan pemindaian sudah mampu mendeteksi kanker payudara pada tahap awal. Sayangnya, menurut dr Sonar Soni Panigoro, SpB(K), kesadaran kaum perempuan akan kesehatan payudaranya masih rendah.

"Keterlambatan diagnosis membuat pengobatan lebih kompleks dan mahal. Ini juga mengurangi angka harapan hidup pasien kanker," kata Ketua Perhimpunan Ahli Bedah Ontologi Indonesia (Peraboi) dalam acara peluncuran FTV Derita Dinda yang bercerita tentang perjuangan pasien kanker payudara ini, di Jakarta, Kamis (29/3/2012).

Ia menjelaskan, pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) secara teratur bisa menjadi penyelamat hidup.  "Cara paling mudah mendeteksi kanker payudara adalah jika menemukan adanya benjolan jika diraba dari luar. Selain itu, kadang benjolan terasa keras," paparnya.

Benjolan yang berukuran sebesar satu sentimeter biasanya ditemukan pada kanker stadium satu. Namun, cukup banyak juga pasien kanker payudara yang tidak menemukan benjolan pada payudaranya.

Karena itulah, menurut Sonar, yang paling baik adalah gabungan antara Sadari dan pemeriksaan penunjang, seperti mamografi dan USG.

"Bedanya benjolan itu kanker atau tumor jinak bisa terlihat dari bentuknya. Kalau jinak, benjolan terasa lebih licin dan masih bisa bergerak-gerak, sedangkan kalau benjolan sudah menempel pada kulit atau ke otot kemungkinan itu kanker," paparnya.

Mamografi yang dikombinasikan dengan pemeriksaan payudara secara klinis saat ini masih menjadi metode pemindaian dan deteksi dini yang sering digunakan. Melakukan mamografi secara rutin telah terbukti meningkatkan jumlah penderita yang didiagnosis dini sehingga angka kesembuhannya pun tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com