Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nancy Margried, Mengangkat Batik Fractal

Kompas.com - 04/05/2012, 18:09 WIB

KOMPAS.com - Ternyata motif batik yang cantik dan geometris bisa dihasilkan dengan pola rumus matematis. Dari penemuan Nancy Margried Panjaitan (32) dan dua temannya, motif batik diciptakan melalui komputer dengan sebuah software. Menggunakan program ini, Anda pun bisa memakai batik hasil desain sendiri. Sebutannya, batik fractal.

Menurut Nancy, fractal sendiri merupakan salah satu cabang ilmu matematika yang berfokus pada pengulangan, dimensi, literasi, dan pecahan. Semua motif batik pasti mengandung unsur ini. Akhir 2006 lalu, Nancy berkumpul bersama dua temannya, Muhamad Lukman dan Yun Hariadi. Mereka berasal dari jurusan arsitektur dan matematika ITB.

"Lukman yang saat itu sedang membuat tesis iseng mendesain bunga di laptopnya. Saya lihat, kok, lucu bunga itu. Malah mirip batik. Ternyata pola matematis dapat membentuk gambar geometris yang erat terlihat pada motif batik. Lalu, Yun meriset 300 motif batik Indonesia. Sebagai alat kerjanya, kami perlu software yang dirancang oleh teman-teman programmer. Jadilah sebuah software bernama JBatik," tuturnya.

Proses merancang batik ini tergolong sulit dan cukup panjang karena menggabungkan ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi. Mereka berdiskusi dengan dosen, programmer, para ahli batik, hingga perajin batik, sampai akhirnya yakin temuan ini sah sebagai ilmu pengetahuan dan dapat dikategorikan sebagai seni. Saat ide batik fractal tercetus, mereka mencoba menerapkannya menjadi produk kain batik.

Pada 2007 hasil riset mereka “Batik Fractal, from Traditional Art to Modern Complexity” juga lolos seleksi untuk dipresentasikan dalam ajang Committee of 10th Generative Art International Conference in Politecnico, di Milan, Italia. Terdorong untuk merealisasikan penemuan ini, pada 2009 Batik Fractal mulai dibisniskan dengan bendera Piksel Indonesia.

"Tadinya hanya orang-orang terdekat saja yang beli. Lalu menyebar hingga ke Australia, Inggris, dan Swiss. Bangga juga bisa membawa nama Indonesia. Terlebih batik fractal termasuk kategori seni yang dibuat dengan sistem, yakni matematika," ujar lulusan Jurusan Hubungan Masyarakat, Universitas Padjajaran ini.

Karena identik dengan matematika, memang tak mudah menjelaskan konsep batik fractal kepada konsumen dan pembatik. Imajinasi itu luas, sedangkan pemikiran terbatas. Namun menurut Nancy kehadiran batik fractal seharusnya justru bisa mengakomodasi imajinasi pada desainer batik. Biasanya pembatik buat sketsa dulu di kain. Dengan software JBatik, hanya sekali klik pada tetikus komputer, mereka bisa memodifikasi motif bahkan membuat desain baru. Hasilnya motif makin beragam, produksi meningkat, harga bersaing, keuntungan pun makin banyak.

Batik fractal ini juga bisa jadi batik print. Setelah pola desain jadi, dicetak di atas kain, baru dikerjakan dengan proses tradisional dengan cap atau canting. Penggunaan malam serta proses pewarnaan membuat kualitas batik fractal tak kalah dengan batik tradisional. Motif-motif yang mereka hasilkan adalah motif batik Buketan (Pekalongan), Kangkungan (Cirebon), Parang Rusak (Yogyakarta), dan Banji, yang dipengaruhi budaya Tionghoa.

Tantangan membangun bisnis batik fractal ini adalah modal awalnya yang tergolong minim, hanya Rp 1 juta. Tak mudah membuat batik fractal diterima masyarakat Indonesia. Demi mengerti teknik dan proses pembuatan batik tradisional, Nancy dan teman-temannya keliling Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan dengan dana sendiri.

"Sepulang dari Milan, kami bertiga ingin memperkenalkan hasil penelitian ini. Istilahnya harus sowan pada pembatik. Semangat entrepreneurship juga belum ramai seperti sekarang. Ada yang mendukung, banyak pula yang hanya bicara saja," kata Nancy, yang produk batiknya digemari mantan Menristek Kusmayanto Kadiman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com