Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Status di Facebook Merusak Hubungan?

Kompas.com - 04/07/2012, 20:33 WIB

KOMPAS.com — Pengaruh Facebook rupanya semakin besar. Apa pun yang tertulis di Facebook menjadi acuan dan memberi dampak beragam, termasuk ketika Anda menuliskan status hubungan di media sosial ciptaan Mark Zuckerberg ini.

Hal ini juga menjadi perhatian Christy Goldstein, coach untuk hubungan berpasangan, kencan, dan kehidupan pribadi, juga edukator seks.

Menurut dia, generasi masa kini lebih memercayai status hubungan teman atau orang yang dikenalnya dari Facebook dibandingkan dengan pernyataan langsung atau fakta yang terjadi.

Artinya, jika teman Anda mengatakan berpacaran dengan seseorang, tetapi ia menulis status single di akun Facebook-nya, itu pertanda hubungannya dengan sang pacar tersebut tidak benar. Dengan kata lain, Anda lebih percaya bahwa teman Anda tersebut masih lajang meski ia terlihat mesra dengan pacarnya.

Meski begitu, Goldstein tak menyalahkan Facebook atas perilaku ini. Justru si individulah yang merusak pola hubungan dari caranya yang keliru dalam memanfaatkan teknologi. Cara yang keliru ini membuat media sosial menjadi pengendali kehidupannya.

"Coba saja ingat lagi, berapa kali kita menelepon seseorang untuk membahas sesuatu atau sekadar bercakap-cakap? Kecanggihan jejaring sosial mengubah cara kita berkomunikasi. Bahkan, status Facebook pun dianggap serius," katanya.

Ia mengungkapkan, Facebook dan Twitter tentu boleh digunakan sebagai alat komunikasi. Namun, cara orang menggunakannya semakin keliru. Contohnya, teman-teman Anda di Facebook justru tahu lebih dahulu bahwa Anda hamil ketimbang suami Anda sendiri. Ini bisa saja terjadi karena orang sudah begitu akrab dengan Facebook, memasang status yang mewakili perasaan atau pikirannya. Padahal, ada orang terdekat yang bisa diajak sebagai teman bicara.

Perilaku seperti ini pun menjadi kebiasaan seiring dengan rutinitas seseorang yang lebih tertarik meng-update status daripada melakukan komunikasi langsung.

Bagi Goldstein, teknologi semestinya mempermudah manusia dengan memberikan cara lebih mudah serta efektif dari segi waktu dan energi dalam berkomunikasi. Namun, sayangnya, orang menjadi lebih malas dengan memanfaatkan kemudahan ini.

Meski demikian, perilaku ini bisa dihentikan jika cara berpikir seseorang dikembalikan sebagaimana mestinya. Anda tentu tak ingin anak-anak Anda menjadi generasi yang melek teknologi tetapi merasa asing dengan komunikasi tatap muka dan kebiasaan bicara langsung, bukan?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com