Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/07/2012, 13:27 WIB

KOMPAS.com — Bluberi, brokoli, tomat, delima, bahkan cokelat, sering digembar-gemborkan sebagai superfoods karena kandungan antioksidannya. Lantas, Anda bergegas mengonsumsinya secara rutin karena berharap dapat menjadi "obat" bagi salah satu problem kesehatan yang Anda alami. Namun, Anda sebaiknya tidak terlalu termakan bahasa marketing semacam ini.

"Tidak ada satu makanan yang hebat, lalu dikonsumsi terus-menerus. Misalnya, mentang-mentang dia makanan antikanker lalu makan itu melulu. Itu salah kaprah menurut saya. Semua bahan pangan yang ada itu punya manfaatnya sendiri-sendiri. Bahwa brokoli atau beras merah mengandung antioksidan, atau wortel mengandung betakaroten, memang benar. Namun, tidak serta-merta dikonsumsi terus-menerus," tutur pakar kulinologi Hindah Muaris kepada Kompas Female di Wisma Antara, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut penulis buku-buku kuliner ini, yang terbaik adalah mengatur pola makan seimbang sesuai dengan kebutuhan kecukupan gizi tubuh. Kita juga harus memastikan menu makanan kita selalu bervariasi. "Pinter-pinternya kita saja dalam memvariasinya dengan bahan lain. Jadi kalau hari ini makan sayur bayem, besok sayur lodeh, besoknya lagi brokoli, kacang panjang, atau daun singkong. Lalu, diimbangi dengan olahraga. Itu yang benar," katanya.

Untuk mulai membuat variasi makanan, yang pertama kita perlu tahu sumber-sumber gizi sesuai piramida makanan. Dari setiap kelompok makanan, misalnya karbohidrat, buah dan sayuran, protein, dan lemak, kita ambil salah satu dan variasikan setiap hari. Untuk karbohidrat, misalnya, hari ini nasi putih, besok mi, nasi merah, kentang, nasi merah, lalu ubi. Lakukan hal yang sama untuk setiap kelompok makanan yang lain. Namun, bagaimana mengombinasikan antara karbohidrat, sayuran, protein, dan lemak, kembali pada selera masing-masing.

Buat juga komposisi yang seimbang dari segi kalori. Jika sehari kita butuh asupan 2.000 kalori, maka 1.000 kalorinya didapat dari makan siang. Sisanya dibagi untuk sarapan dan makan malam. Anda juga bisa berpegang pada sistem The Diet Plate, di mana piring makan dibagi menjadi empat. Jatah nasi pun hanya seperempat piring, sisanya diisi dengan sayuran dan lauk-pauk yang bervariasi.

Mengenai makanan yang disebut menyehatkan atau justru merugikan, Hindah menyarankan untuk mengonsumsinya secara moderasi. Taruh kata, kol atau nangka mengandung gas sehingga menyebabkan asam urat, atau nenas menyebabkan keputihan. Maka, jangan mengonsumsinya setiap hari.

"Kalau terus-menerus ya bisa menyebabkan penyakit. Variasi seharusnya dibiasakan dari awal. Namun, karena dari awal lidah kita tidak terbiasa dengan variasi, jadinya begini. Kalau sudah diatur, enggak ada makanan yang jelek. Semuanya baik," tegas perempuan yang baru meluncurkan buku 1500 Resep Makanan Sehat Segala Usia ini.

 

Menurut Hindah, makanan sehat pun bila dikonsumsi berlebihan juga bisa memberikan efek buruk. Salah satu contohnya, brokoli bila dikonsumsi terus-menerus bisa menyebabkan pengentalan darah. Nah, Anda tahu kan, pengentalan darah tak baik ketika Anda sedang memprogram kehamilan. Ibu hamil yang mengalami pengentalan darah (sindrom ACA, atau Anticardiopilin) harus rutin minum obat penurun kadar ACA melalui obat minum atau suntikan. Repot juga, kan?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com