Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/07/2012, 12:19 WIB

Oleh Yulia Sapthiani & Nur Hidayati

KOMPAS.com - Indonesia adalah negara dengan gaya berjilbab paling beragam. Setiap kota mempunyai gaya berjilbab berbeda-beda. Imajinasi pelaku dan pencinta mode muslim di negeri ini membuat model jilbab atau hijab tak kalah menarik dengan busananya.

Dalam balutan busana pengantin muslim, seorang model didandani mengenakan jilbab bernuansa warna perak sesuai dengan busananya. Setelah mengenakan ciput (bagian dalam jilbab) dari kain panjang yang dililit pas menutupi rambut, kerudung transparan berbahan tulle gemerlap disematkan pada bagian luar, lengkap dengan hiasan kepala (hairpiece) yang juga berfungsi sebagai penahan kerudung.

Gaya ini adalah salah satu desain perancang busana muslim Irna Mutiara untuk koleksi busana pengantin. Untuk jilbab gaya sehari-hari, Irna mengenakan jilbab dengan dalaman ciput dan bagian luar berupa pashmina yang pemakaiannya hanya dililit-lilit sederhana.

”Mengenalkan jilbab itu mudah. Kalau mau yang sederhana, tidak mau pakai peniti, cukup lilitkan pashmina atau selendang dari kaus sampai menutupi kepala dan leher. Lilitan di bagian leher membuat semakin modis karena terlihat seperti syal,” tutur Irna.

Irna juga berusaha memopulerkan kain tradisional untuk difungsikan sebagai jilbab, seperti yang terdapat dalam buku yang ditulisnya, Ethnic Pashmina for Hijabista. Kain-kain tradisional yang pada umumnya bermotif ini serasi dipadukan dengan pakaian polos (tak bermotif).

”Untuk warna, sekarang ini sedang musim konsep tabrak warna. Jadi, jangan takut mengenakan warna apa pun. Kalaupun mau dikombinasikan dengan pakaian bermotif, sebaiknya memilih warna yang senada,” kata Irna.

Pengarah gaya yang juga penulis buku 40 Gaya Hijab dengan Pashmina dan Selendang, Reni Kusumawardhani, juga mengangkat jilbab yang menggunakan selendang atau pashmina sebagai tren. Bahan dan motif pashmina yang digunakan juga beragam. Ada motif tie dye dengan bahan kaus, ada pula selendang bernuansa etnik, atau bahkan polos.

Tabrak warna

Selain jilbab selendang, marak pula jilbab bermodel segitiga. Jilbab model ini biasanya sudah berornamen hias. Di Indonesia bisa ditemukan jilbab segitiga yang tidak hanya berbahan katun atau sifon, tetapi juga bahan rajut, satin, kaus, kombinasi brokat, dan sebagainya. Motifnya pun beragam. Ada pula yang diberi aplikasi, seperti korsase dan bordiran.

”Berjilbab itu kreasi yang bebas,” ujar Reni. Tentu dengan tetap berpegang pada fungsinya menerapkan ajaran Islam dalam tata busana.

Di Indonesia, kreasi ini lebih beragam dibandingkan dengan gaya berjilbab di negara lain, seperti yang dirangkum perancang busana muslim Dian Pelangi dalam buku Hijab Street Style. Dalam buku yang memperlihatkan 700 foto gaya berjilbab dari 20 kota di Indonesia, serta dari Singapura, Malaysia, dan Thailand ini, Dian memotret secara langsung gaya berjilbab para pemakainya secara candid.

”Indonesia adalah negara dengan gaya berjilbab paling beragam. Di setiap kota, gayanya berbeda-beda. Di Jakarta, misalnya, pada umumnya mengenakan jilbab dengan warna-warna aman. Di Bandung banyak yang memilih warna pastel. Sedangkan di Sulawesi, para perempuan berjilbab senang mengenakan tabrak warna dan warna-warna shocking,” tutur Dian, yang mengumpulkan foto-foto tersebut dalam waktu setahun.

Dian pun membandingkan gaya ini dengan gaya berjilbab perempuan Malaysia yang pada umumnya mengenakan jilbab panjang hingga menutup dada dan biasanya dikenakan dengan baju kurung. Meski tak banyak variasi, para perempuan Malaysia cukup berani dalam memadukan warna, terutama dengan konsep tabrak warna.

”Di Singapura, gayanya lebih kasual dan kebarat-baratan. Mereka memadukan jilbab dengan celana jins dan blazer. Sementara muslimah di Thailand lebih menyukai warna hitam atau abu-abu polos,” kata Dian.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com