Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Parang yang Dulu Dikeramatkan...

Kompas.com - 10/08/2012, 02:40 WIB

Tahukah MuDAers bahwa Indonesia memiliki batik ”keramat”? Pada tanggal 28 Juni hingga 8 Juli 2012 lalu, Museum Tekstil membuka pameran batik yang konon dikeramatkan oleh raja-raja dahulu, yaitu batik parang. Batik parang dikenal memiliki nilai sejarah yang tinggi.

Museum Tekstil yang berada di sebelah Jalan KS Tubun, Jakarta Barat, terlihat lebih ramai dari biasanya, Kamis (28/6). Ada tampilan berbeda di halaman museum yang banyak ditumbuhi pohon-pohon rindang tersebut. Tenda kuning dipasang dalam rangka pameran Puspa Ragam Corak Parang dalam Wastra Batik. Sejak pagi, wangi melati semerbak menyelimuti tenda dan gedung pameran. Selain pameran, bazar batik dan aksesori kedaerahan turut meramaikan museum tekstil. Sepasang ondel-ondel dipajang untuk menyambut kedatangan pengunjung.

Parang merupakan salah satu ragam motif batik dari Pulau Jawa. Jika mendengar kata parang, yang terlintas di pikiran kebanyakan orang adalah senjata tajam, celurit. Parang di sini merupakan nama dari salah satu motif batik.

Tempo dulu di Pulau Jawa, tepatnya Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta, kain batik motif parang dikenal sebagai kain kelas tinggi. Batik parang pada zaman dahulu berfungsi sebagai kain panjang ataupun sebagai sarung.

Motif parang bahkan dikeramatkan sehingga hanya bisa dikenakan oleh keluarga kerajaan, seperti Sri Sultan Hamengku Buwono VI dan Susuhunan Paku Buwono XII. ”Zaman dulu hanya keluarga keraton yang boleh pakai. Orang luar tidak boleh pakai parang masuk ke alun-alun, dia harus ganti pakaian,” kata Darmais, salah seorang pendiri Himpunan Wastaprema.

Kini batik parang tidak lagi sesakral dulu. Semua kalangan dapat mengenakan kain batik bermotif parang. Dewasa ini batik bermotif parang dimanfaatkan sebagai kain panjang, sarung, serta bahan tas dan dompet.

Pameran

Selain untuk memperkenalkan eksotika motif parang, pameran batik di Museum Tekstil diadakan untuk memberikan pengetahuan mengenai perbatikan kepada masyarakat. Dalam sambutan pembukaan pameran, Kepala Museum Tekstil Indra Riawan mengutarakan, batik mempunyai nilai seni budaya.

Ketika memasuki gedung pameran, MuDAers bisa melihat motif parang yang mirip dengan corak batik yang dikenakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VI. Batik-batik yang beragam ditata dengan apik beserta nama kolektor batik tersebut.

Pameran kali ini memajang koleksi dari 12 kolektor Indonesia, di antaranya adalah koleksi Neneng Iskandar dan Tari Hardi Utomo. MuDAers bisa melihat langsung dan akan menemukan banyak informasi jika mengunjungi pameran batik di Museum Tekstil.

Kelompok IV Koper Muhammad Aziz Aljabbar/SMAN 1 Bogor, Gina Mardani Cahyaningtyas/SMA Muhammadiyah 25 Tangerang Selatan, Kinanti Asmarandini/SMAN 48 Jakarta, Rahmi Puspita Sari/SMAN 78 Jakarta, Zaid Abdullah/SMKN 51 Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com