Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/08/2012, 09:19 WIB

KOMPAS.com - Sebagai model, Rini Suri dan Rina Suri sudah lama malang melintang di panggung mode. Di mana ada Rini di situ ada Rina. Keduanya saling melengkapi.

Di dekat keduanya, Anda menjadi ”tamu” karena Rini dan Rina seperti memiliki dunianya sendiri yang hanya mereka berdua yang mengerti. Kadang, keduanya membicarakan sesuatu dengan berbisik dan kemudian tertawa terkekeh. Kadang keduanya bertatapan penuh arti.

Lahir bersamaan dari telur yang berbeda, sepasang perempuan cantik ini saling melengkapi dan saling mengisi sepanjang hidupnya. Tidak berlebihan untuk mengatakan, kebahagiaan yang satu ditentukan kehadiran yang lainnya.

Keduanya sudah pernah mencoba berpisah. Ketika Rini meninggalkan tanah kelahiran mereka, Padang, untuk merintis kariernya di bidang modeling di Jakarta pada tahun 2001, sementara Rina tetap melanjutkan kuliahnya di Padang. Namun, hari-hari mereka selama empat tahun perpisahan itu penuh dengan air mata.

”Wah kami berdua nangisnya habis-habisan setiap kali Rini mau kembali ke Jakarta. Benar-benar nelangsa. Kami pelukan seperti enggak mau pisah,” kata Rina.

Maklum, dari TK sampai SMA mereka selalu bersama. Dan mereka punya kebiasaan unik, yaitu mengobrol dan saling curhat, yang kadang tak kenal waktu. ”Apa pun kami bicarakan. Sampai yang enggak penting sekalipun. Kami enggak bisa tahan berdiam lama-lama. Kalau pas marahan paling hanya tahan 10 menit. Kami langsung ngobrol lagi dan lupa sama pertengkaran sebelumnya,” kata Rina.

Ketika berpisah, kebiasaan mengobrol itu dipindahkan ke kertas surat. Hampir setiap waktu mereka berkirim surat yang panjangnya berlembar-lembar. Ceritanya remeh-temeh. Apa pun yang dilihat Rini selalu mengingatkannya kepada Rina, demikian pula sebaliknya. ”Baru kalau urusan sudah gawat, kami interlokal. Biasanya curhat urusan cowok,” kata Rina.

Ketika Rini sudah mapan berkarier di dunia modeling, Rina tuntas kuliahnya. Ia pun menyusul kakaknya ke Jakarta karena diterima bekerja di sebuah bank nasional (Rini dianggap kakak karena Rina lahir empat menit lebih dulu. Yang lebih lama di rahim ibu dianggap lebih ”tua”). Namun, setiap kali menyaksikan kakaknya melenggang dengan anggun di atas catwalk, hati Rina berdebar keras. Ia merasakan hasrat serupa.

”Diam-diam tanpa sepengetahuan Rini, saya mengirimkan foto kepada agen model. Dan diterima. Rini sempat melarang karena dia merasa sayang saya sudah punya karier di bank. Dia juga khawatir apakah saya sanggup bertahan di dunia model yang keras. Saya sendiri takut memberi tahu orangtua. Jadi, selama enam bulan menjadi model saya berbohong, seolah-olah masih kerja di bank,” ujar Rina.

Rini menimpali bahwa setelah enam bulan melihat adiknya menjadi model, ia yakin Rina memang serius. ”Akhirnya, saya mendukung sepenuhnya,” kata Rini yang pembawaannya lebih tenang dan serius dibandingkan dengan sang adik yang lebih ramai.

Keras
Keduanya cepat memperoleh tempat di dunia modeling. Rini pernah menjadi finalis Elite Model Look se-Indonesia, sementara Rina pernah menjadi juara II Model Indonesia. Dalam setahun, jadwal mereka tampil di atas catwalk sudah padat. Di bulan-bulan sibuk, misalnya, mereka hanya ”kosong” empat hari dalam sebulan.

Namun, semua itu tidak dicapai dengan mudah. Kakak beradik ini harus menghadapi kerasnya persaingan di dunia mode sekaligus kehidupan yang kerap artifisial, tanpa kehadiran orangtua. Suka dan duka mereka bagi berdua. Mereka saling menjadi cermin untuk mengingatkan agar tidak salah langkah.

”Saya ini orang daerah. Di sana kami bersaudara dengan siapa pun. Semua orang ramah-ramah dan baik hati. Tapi, di Jakarta saya kadang berhadapan dengan orang-orang yang merasa dirinya paling hebat dan paling benar. Awalnya, saya enggak kuat, tapi Rini terus memberi semangat saya,” kata Rina.

Rini yang sudah lebih dulu tergembleng dalam manis-pahit dunia mode punya kiat yang ampuh bagi adiknya. ”Kalau kamu tidak mampu survive, kamu akan tergusur seperti teman-teman yang lain. Tapi, kalau kamu survive, berarti kamu akan menjadi pribadi yang tahan banting,” kata Rini.

Di sinilah kedekatan keduanya terjalin lebih intens. Dengan berada bersama, mereka merasa bisa menghadapi apa pun, termasuk ketika harus menghadiri acara-acara yang sebetulnya tidak mereka sukai. ”Kami masih bisa tetap tersenyum di mana pun. Daripada bergosip atau mendengarkan gosip, kami memilih ngobrol berdua saja,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com