Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/09/2012, 00:08 WIB

KOMPAS.com - Aksesori perak selama ini dikategorikan sebagai perhiasan yang tidak seberharga seperti emas, berlian, dan mutiara, karena dianggap tidak ada nilai investasinya. Tetapi sebagai aksesori, perak bisa disejajarkan sama indahnya dengan emas, berlian, dan mutiara.

Perak sendiri bila dicampur dengan tembaga dan kuningan, lalu diproses menjadi lempengan dan batangan, dapat menghasilkan berbagai jenis kerajinan bahkan karya seni yg indah. Misalnya aksesori cincin, kalung, giwang, bros, liontin, anting, peniti, buckle, dan juga wadah cantik untuk pajangan.

Sejak zaman dahulu kalangan bangsawan makan dengan sendok, garpu, pisau, piring, gelas, sampai tempat sirih dari perak. Pesona perak yang begitu indahnya, juga sering dijadikan cinderamata oleh kepala negara dalam bentuk kerajinan khas dari Indonesia. Contohnya keris, patung, kapal phinisi, dan sebagainya.

Di Indonesia, jumlah penggemar perak masih lebih rendah dibanding di luar negeri. Perempuan Indonesia kurang melirik perak sebagai investasi, sedangkan perempuan luar negeri umumnya menganggap perak sama indahnya dengan emas, belian atau mutiara.

Dalam penggunaannya, perhiasan perak sebenarnya fleksibel karena bisa dikenakan kapan saja, di mana saja, dan untuk acara apa saja. Tinggal menyesuaikan desainnya dengan gaun dan acara. Saat mengenakan gaun nan anggun pilih aksesori perak yang simpel, sedangkan untuk tampilan kasual gunakan model modern dan nyentrik.

Merawat perhiasan perak
Perak tidak seperti emas yang bisa bertahan lama. Kenapa? Karena perak mempunyai sifat alamiah cepat pudar apabila teroksidasi dengan udara dan bahan-bahan kimia lainnya. Warna permukaannya menjadi kehitaman.

Agar warna perak kembali seperti semula, gosok dengan pasta gigi, bubuk detergen, atau asam Jawa. Gosok perlahan-lahan dengan kain flannel yang lembut.

Setelah mengilat kembali, bungkus setiap potongan dengan kertas tisu non parfum, kemudian simpan dalam wadah khusus yang tertutup.

(Tabloid Nova/Ita Adnan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com