Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/10/2012, 20:43 WIB

KOMPAS.com - Indonesia adalah gudangnya kerupuk, karena hampir tiap daerah memiliki varian kerupuk khas. Seperti kerupuk gendar (Jawa Tengah), kerupuk lada (Jawa Barat), kerupuk udang (Cirebon), kerupuk krecek (Yogyakarta), dan kerupuk kemplang (Palembang).

"Namun, berdasarkan survei yang saya lakukan selama tiga bulan di Sumatera dan Jawa, ternyata kerupuk udang dan kerupuk keriting (kerupuk putih) adalah kerupuk yang paling banyak disukai masyarakat," ungkap Chef Ragil kepada Kompas Female, saat peluncuran camilan kerupuk beberapa waktu lalu di Jakarta.

Varian kerupuk di setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Misalnya, kerupuk yang terbuat dari bahan baku berprotein tinggi biasanya banyak diproduksi di daerah pesisir. Di Palembang misalnya, kekayaan lautnya menghasilkan kerupuk dengan tambahan protein laut dari ikan, udang, dan lain-lain. Sedangkan kerupuk yang mengandung karbohidrat banyak ditemukan di daerah pertanian seperti di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kerupuk yang diproduksi pun lebih banyak menggunakan tepung beras, terasi, dan tepung terigu.

Rasa yang gurih serta tekstur yang renyah membuat kerupuk ternyata tak hanya disukai masyarakat Indonesia. "Ketika berkesempatan mempromosikan kerupuk di luar negeri, saya melihat banyak orang luar negeri yang sangat menyukai camilan ini," jelasnya.

Hal ini sebenarnya bernilai positif karena bisa menjadikan kerupuk sebagai produk ekspor baru yang menguntungkan. Hanya saja masih ada beberapa kendala yang dihadapi untuk "menduniakan" kerupuk.

1. Kemasan
Tak bisa dipungkiri bahwa packing atau kemasan memegang peranan penting dalam proses penjualan. Menurut Ragil, salah satu masalah terbesar dalam pemasaran kerupuk ke negara lain adalah kemasan yang kurang menarik. Biasanya kerupuk hanya dijual dalam kaleng besar atau dibungkus plastik transparan. Kemasan ini dinilai kurang higienis dan bersih oleh orang asing. Maka salah satu cara untuk memperkenalkan kerupuk sebagai salah satu warisan kuliner Indonesia adalah dengan memperbaiki kemasan dan menjaga kebersihannya.

2. Standarisasi
Pada umumnya kerupuk terbuat dari campuran tepung beras, terasi, ikan, bawang putih, dan lain-lainnya. Sayangnya, ada beberapa bahan baku pada kerupuk yang mungkin saja belum lolos uji standarisasi di negara lain. "Beberapa negara punya departemen kesehatan yang sangat ketat, sehingga ada beberapa bahan baku yang masih mungkin tak lolos uji," tambahnya.

Jika ingin mempromosikan kerupuk ke seluruh dunia, diperlukan adanya standarisasi bahan baku yang lebih baik lagi dari pemerintah, agar kerupuk bisa diterima secara luas.

3. Kemudahan akses penjualan di luar negeri
Sebenarnya banyak orang asing yang menggemari kerupuk sebagai lauk ataupun camilan. Masalahnya, belum ada eksportir atau orang yang benar-benar serius berniay menjualnya di luar negeri. "Biasanya kerupuk akan didapatkan saat ada pameran makanan Indonesia, dan setelah itu akan hilang dari peredaran di luar negeri. Ini disebabkan masih banyaknya orang yang beranggapan bisnis ini kurang menguntungkan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com