Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/12/2012, 08:59 WIB

KOMPAS.com - Pada dasarnya, frekuensi BAB alias buang air besar pada setiap orang bervariasi. Meski begitu, ada masanya ketika orang yang biasanya hanya BAB tiga hari sekali pun tidak mampu BAB setelah lima hari, bahkan seminggu. Atau, Anda yang biasanya BAB tiap hari tidak mampu mengeluarkan feses setelah lebih dari dua hari.

Inilah yang dinamakan kondisi sembelit, atau konstipasi. Akibatnya, perut terasa penuh atau kembung. Ketika akhirnya merasa ingin BAB, fesesnya sangat keras sehingga merobek selaput lendir pada anus, dan menyebabkan sedikit perdarahan.

Namun, masih banyak orang yang belum memahami penyebab sembelit maupun cara penanganannya. Anda mungkin masih meyakini beberapa hal di bawah ini:

Kita harus BAB setiap hari. Fakta: Setiap orang memiliki ritme pencernaan yang berbeda. Ada yang memang harus BAB setiap hari, tapi ada juga yang seminggu hanya tiga kali. Hal ini tergolong normal. Gejala konstipasi umumnya terjadi jika frekuensi BAB kurang dari tiga kali dalam seminggu.

Mengonsumsi obat-obatan dapat menimbulkan konstipasi. Fakta: Penggunaan obat-obatan dalam jangka waktu yang lama memang memiliki efek samping menimbulkan konstipasi. Di antaranya obat pereda nyeri, depresi, penurun tekanan darah, dan parkinson. Selain itu, kadar kalsium dan zat besi yang berlebihan akibat penggunaan suplementasi yang kurang tepat juga bisa memicu konstipasi.

Mengonsumsi banyak makanan berserat dapat menyembuhkan konstipasi. Fakta: Secara umum memang betul. Namun, konstipasi kronis biasanya merupakan gejala dari penyakit lain yang lebih serius. Misalnya, gangguan fungsi kelenjar tiroid atau diabetes. Di beberapa kasus, konstipasi kronis bisa menjadi pertanda adanya kanker usus atau penyakit autoimun. Jadi, waspadalah jika mengalami salah satu gejala ini: konstipasi telah berlangsung selama lebih dari dua minggu, BAB berdarah, sakit perut tak tertahankan, atau berat badan turun secara drastis.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com