Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/02/2013, 09:42 WIB

KOMPAS.com - Selama tiga tahun terakhir, batik Demak telah turut menyebarkan budaya dan sejarah daerah di pesisir utara Jawa Tengah, yakni Kabupaten Demak, ke khazanah batik nasional. Motif batik ini tidak hanya bicara soal sejarah dan kekayaan alam, tetapi juga memadukan motif klasik dengan motif batik kontemporer.

Belajar dari usaha dagang batik yang dirintis ibunya, perajin batik Sri Setyani (52) yang ditemui di Kelurahan Mangunjiwan, Demak Kota, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, pertengahan Januari 2013, berharap memindahkan kekayaan alam dan sejarah Demak atau dikenal motif Demakan ke dalam karya setiap kain batiknya. Dengan demikian, tidak hanya penggemar batik, tetapi juga orang lain semakin tahu soal Demak.

Sri Setyani mengatakan, sudah puluhan tahun dia membantu ibunya berjualan batik. Batik itu diambil dari Pekalongan dan Solo. Motif batik yang ada jarang sekali yang bermotif kekayaan alam. Kalau toh ada, batik dengan motif itu terbatas. Padahal, banyak pembeli menginginkan ada batik khas daerah tertentu.

Belajar dari itu, Sri Setyani berpikir, pola batik klasik seperti Sidomukti atau Parangbarong sesungguhnya dapat lebih diperkaya dengan motif buah-buahan atau lambang dominan pertanian maupun kekayaan laut.

Kerajinan batiknya tumbuh tahun 2009 seiring dengan gairah daerah mendorong kerajinan batik lokal. Motif-motif batik Sri Setyani sederhana, tidak jauh dari kekayaan alam di sekitarnya. Perpaduan motif jambu, belimbing, serta motif hiasan Masjid Agung yang ditorehkan di selembar kain katun ternyata banyak peminatnya.

”Batik hasil kerajinan, saya beri label Tyo Collection. Nama Tyo itu dari nama belakang kedua anak saya, yakni Listyo. Tujuan memberi nama sama supaya usaha batik ini bisa tumbuh juga berhasil seperti harapan pada anak-anak saya,” ujar Sri Setyani.

Motif Sekar Jagad Demak Bintoro, yaitu motif yang memadukan pola jambu, belimbing berpadu garis pantai telah menjadi seragam khas para pegawai di Pemerintah Kabupaten Demak. November 2012, pemda juga telah memesan 53 potong kain motif sama untuk keperluan kegiatan di pendopo Demak.

Keuletan Sri Setyani membuat batik-batik motif Demakan, ternyata dapat perhatian Pemkab Demak. Produk batiknya bisa mengikuti pameran-pameran busana, batik, serta pemeran batik dan kerajinan di sejumlah daerah di Jawa Tengah, Jakarta, juga DI Yogyakarta. Setiap pameran, Sri Setyani tidak hanya memopulerkan batik motif Demakan, tetapi juga memperluas pasar.

Prospek kerajinan batik, menurut Sri Setyani, sangat bagus. Perajin batik saat ini baru ada delapan di Demak. Pemasaran batiknya sudah merambah Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Namun, diakuinya, pihaknya sudah kewalahan melayani permintaan pasar lokal saja.

Pasar lokal terbangun dari promosi batik motif Demakan melalui pameran, bazar tiap minggu di alun-alun, juga promosi lewat baju batik yang dipakai para pegawai negeri di Pemkab Demak. Itu semua disambut antusias masyarakat. Hasilnya, sejumlah sekolah juga menjadikan baju batik bagian seragam guru dan siswa sehari dalam sepekan.

”Kain baju batik dari kain katun sebenarnya kalau dipakai harian tidak tahan lama. Kain atau baju batik termasuk busana khusus dan dipakai keperluan pesta, resepsi, ataupun acara resmi pertemuan kantor. Jadi kalau dipakai harian, memperpendek masa pakai,” kata Sri Setyani.

Mendapatkan bahan katun dalam waktu singkat, ketika pesanan meningkat, menjadi kendala perajin batik di daerah. Sri Setyani mengakui, ia selalu menyediakan stok bahan kain katun sekitar 500-700 meter untuk keperluan tiga bulan. Meski di Demak ada pabrik tekstil, pemasarannya di Solo dan Pekalongan. Selaku perajin, dia tidak bisa membeli langsung ke pabrik.

Kini usaha kerajinan batiknya dibantu 12 tenaga pembatik, dua orang di antaranya laki-laki. Juga ada peracik desain pola batik. Pembatiknya berasal dari kaum perempuan di Mangunjiwan, Dempet, Bonang, serta Kauman yang merupakan sentra pertanian.

Batik tulis mendominasi pembuatan batik ini ketimbang batik cap. Sehari dia bisa menghasilkan 2-4 potong kain. Sengaja kain batik dibuat terbatas menyesuaikan pembelian eceran. Di samping itu, persediaan bahan juga mengantisipasi banyaknya jumlah pesanan kain batik.

Menciptakan pembatik
Memulai usaha batik di daerah yang pembatiknya langka tentu tidak mudah. Perempuan kelahiran Demak, 14 Mei 1960, ini, terpaksa mendatangkan pembatik dari Solo dan Pekalongan ke rumahnya di Jalan Sultan Hadiwijaya 45 Demak. Pembatik berpengalaman itu mengajarkan berminggu-minggu kepada sejumlah calon pembatik, yang kelak menjadi karyawannya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com