Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/03/2013, 15:01 WIB

KOMPAS.com - Apa jadinya bila orang yang sedang kesulitan keuangan tiba-tiba memenangkan lotre dalam jumlah yang besar? Penelitian para ekonom dari University of Kentucky, University of Pittsburgh, dan Vanderbilt University membuktikan, dalam lima tahun, para pemenang lotre jadi bangkrut.

Studi dilakukan terhadap 35.000 pemenang lotre yang memenangkan hadiah 150.000 dollar di Florida selama kurun waktu sembilan tahun (1993-2002). Peneliti lalu mencocokkan informasi tersebut dengan catatan kebangkrutan di negara bagian tersebut. Dari jumlah pemenang tersebut, yang menjadi bangkrut jumlahnya 1.900 orang.

Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi para peneliti, mengapa orang yang miskin tetap akan miskin -bahkan bisa lebih miskin- meskipun telah mendapatkan uang dalam jumlah besar? Di pihak lain, banyak juga milyuner yang mengalami kemunduran dalam keuangannya lalu bisa membalikkan situasi sehingga berhasil bangkit lagi.

Peneliti menduga fenomena ini ada kaitannya dengan "Kesadaran Kemakmuran", atau "Kesadaran Kemiskinan". Jika Anda pada dasarnya punya masalah dengan keuangan, kemungkinan hal itu disebabkan Anda menghabiskan lebih banyak waktu untuk berpikir mengenai pergumulan dengan keuangan. Dengan kata lain, hal ini disebabkan kekuatan negative thinking.

Ketika seseorang dibebani masalah finansial, wajar jika ia terus berpikir mengenai beban tersebut. Anda akan terus mengkhawatirkan bagaimana cara membayar tagihan setiap bulan, dan apa yang akan terjadi jika terjadi sesuatu yang tidak terduga. Inilah mindset dari Kesadaran Kemiskinan, dan seringkali menjadi kenyataan. Semakin Anda berpikir, mengkhawatirkan, dan terobsesi dengan tagihan-tagihan tersebut, hal itu akan semakin menghantui Anda.

Sandy Forster dalam bukunya, How to be Wildly Wealthy - Fast, mengungkapkan, Anda bisa saja menghabiskan beberapa jam sehari membayangkan kesuksesan, potensi Anda untuk menjadi makmur, dan betapa indahnya bila hal itu menjadi kenyataan. Tetapi, hal itu tak akan ada gunanya lagi jika Anda menggunakan waktu lain dalam keseharian Anda untuk memikirkan tagihan dan mengkhawatirkan dari mana Anda akan mendapatkan uang untuk membayarnya.

Menurut Sandy, problem yang diharus diatasi oleh orang yang ingin sukses adalah attitude Anda terhadap kekayaan itu sendiri. Kesejahteraan hidup telah terprogram semenjak masa kecil Anda. Kalau orangtua Anda memiliki mindset Kesadaran Kemiskinan, Anda pun akan mewarisinya.

Jika Anda memimpikan kekayaan, namun sulit membiarkannya terjadi dalam hidup Anda, maka meskipun Anda telah mencapai kesuksesan, Anda tak akan mampu memegang uang. Keyakinan bawah sadar ternyata bisa membuat Anda lebih sulit untuk berubah. Karena, Anda tidak benar-benar nyaman ketika punya uang, karena konotasi negatif yang secara alami Anda kaitkan dengan kekayaan yang luar biasa.

Lalu, bagaimana cara mengubah Kesadaran Kemiskinan menjadi Kesadaran Kemakmuran?

Anda hanya perlu memberikan gambaran yang positif mengenai kemakmuran. Kumpulkan gambar-gambar rumah mewah, mobil mewah, dan simbol-simbol kekayaan lain, lalu tempelkan di penjuru rumah. Bayangkan Anda hidup di rumah mewah tersebut.

Cara lainnya, coba bayangkan ketika Anda mengelola suatu organisasi amal yang punya reputasi baik, dan bagaimana aktivitas Anda sehari-hari ketika melakukan tugas untuk "mengubah dunia". Jika Anda tidak benar-benar nyaman saat memiliki kekayaan atau kekuasaan tersebut, Anda tak akan pernah mampu mencapainya.

Kesimpulannya, Anda harus benar-benar menerima konsekuensi dari kesuksesan Anda, dan merengkuh kemakmuran tersebut, sehingga kemakmuran pun akan merangkul Anda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com