Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengguna Fashion Harus Lebih Kritis Memilih Bahan Pakaian

Kompas.com - 19/04/2013, 08:33 WIB

KOMPAS.com - Pertumbuhan industri fashion Indonesia pun semakin tinggi setiap tahunnya, dan berperan dalam peningkatan ekonomi negara. Tak cuma merek lokal saja yang meramaikan dunia fashion tanah air, tapi juga berbagai merek-merek busana internasional.

Busana-busana ini memang bisa membantu Anda agar bisa tampil cantik dan trendi. Namun, busana penuh warna ini kadang-kadang punya peran serta dalam upaya perusakan lingkungan.

"Limbah pewarna tekstil kimia yang digunakan dalam pencelupan bahan baju ini seringkali dibuang ke sungai tanpa diolah terlebih dulu. Akibatnya, limbah ini akan membuat sungai tercemar dan berbahaya untuk masyarakat sekitar," ungkap Ashov Birry, Juru Kampanye Air Bebas Racun, Greenpeace Asia Tenggara, saat peluncuran laporan Toxic Threads: Meracuni Surga di kantor Greenpeace Indonesia, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (17/4/2013) lalu.

Hasil investigasi yang dilakukan Greenpeace menunjukkan bahwa kebanyakan limbah tekstil beracun ini dibuang ke Sungai Citarum di Bandung. Air Sungai Citarum sudah tercemar dengan berbagai zat berbahaya seperti Nonylphenol (NP), Nonylphenolethaoxylates (NPE), Tributyl Phospate (TBP), dan Antimony.

NP NPE merupakan bahan kimia buatan yang digunakan sebagai deterjen, dan surfaktan termasuk dalam berbagai formulasi bahan pembuat tekstil. TBP adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pelarut cat, dan antifoaming agent. Bahan-bahan kimia ini bersifat toksik, menyebabkan kanker, dan menyebabkan gangguan hormon manusia.

Investigasi Greenpeace juga mengungkapkan bahwa air limbah dari salah satu pembuangan pabrik tekstil ini bersifat basa dengan pH 14, yang bisa menyebabkan kulit manusia jadi terbakar.

"Masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai ini sangat bergantung pada air Sungai Citarum, dan punya hak untuk tahu apa yang dilepaskan ke sungai. Anda sebagai pelanggan dari merek-merek busana terkenal juga punya hak untuk tahu bahan kimia apa yang digunakan untuk membuat pakaian tersebut. Dengan kata lain, sebagai pelanggan Anda harus cerdas karena Anda bisa berperan dalam upaya pelestarian lingkungan," tambahnya.

Sebagai konsumen, Anda juga harus berperan aktif dalam upaya mencegah kerusakan lingkungan. Lalu apa yang bisa Anda lakukan sebagai penikmat fashion?
1. Jangan terlalu konsumtif terhadap pakaian. Anda bisa mengurangi pembelian pakaian baru jika pakaian lama masih bisa digunakan. Cara ini termasuk memakai kembali atau memodifikasi pakaian yang dimiliki sehingga bisa tampil dengan gaya yang berbeda.
2. Mendorong pemerintah untuk melakukan aksi nyata untuk membatasi produksi, impor, dan penjualan produk-produk yang mengandung produk kimia berbahaya.
3. Menjadi konsumen yang lebih kritis. Sebagai konsumen, Anda berhak untuk mengetahui bahan pembuat produk tersebut. "Untuk tampil modis, Anda tak perlu merusak lingkungan sekitar. Pasti ada jalan tengah untuk meningkatkan industri fashion tanpa harus merusak alam, misalnya dengan pewarna alam," ungkapnya.

Baca juga:
Citarum Makin Kritis, Perlu Aksi Penyelamatan Nyata
Bahan Beracun Lepas ke Sungai Citarum
Ada Bahan Beracun di Merek Pakaian Ternama
7 Merek Pakaian "Branded" di Indonesia Mengandung Racun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com