Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/05/2013, 12:34 WIB

KOMPAS.com - Sebanyak 18 desainer dari Kriya Tekstil Institut Teknologi Bandung (ITB) menerjemahkan bunga dalam persepsi yang berbeda. Ada yang bermain dengan motif, ada juga yang memberi efek kejut dengan gaya mini nan seksi. Ibarat mojang Priangan di era modern, begitulah kira-kira.

Dibagi dalam dua sesi, peragaan busana dari desainer yang seluruhnya perempuan itu seperti melihat barisan perempuan cantik yang feminin, seksi, serta anggun dengan balutan busana yang ceria. Motif bunga-bungaan membuatnya menjadi tampak manis.

Tetapi meski mengusung tema bunga, tidak semua desainer secara verbal menafsirkannya dengan aksesori atau motif bunga. Ada juga yang menghadirkan rancangan yang justru futuristik tanpa aksen bunga sekalipun, tapi penggambaran "uniknya bunga" diwakili lewat potongan baju yang manis, girly, dan sensual.

Peragaan tersebut menjadi suguhan mahasiswa dan alumni Kriya Tekstil ITB dalam gelaran yang mereka beri tajuk “Unieke Bloem” di ajang Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF), di Mall Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (22/5/2013) lalu.

Unieke Bloem sendiri diambil dari bahasa Belanda yang berarti “bunga yang unik”, dan kemudian diterjemahkan oleh para desainer dalam bentuk rancangan yang indah, dan unik, seperti layaknya kesan perempuan asal Bandung atau mojang Priangan di masa sekarang.

Beberapa karya desainer cukup mencolok dan menarik karena punya ciri khas dan kekuatan dalam rancangan. Tema bunga, yang hadir lewat motif cetak atau pun dimunculkan sebagai ornamen hadir kentara lewat koleksi Nissa Pressinawangi, Angelita Nurhadi, dan Wahyuningroem (Ettara).

Nissa membuat koleksinya di atas bahan dengan motif cetak bunga yang penuh warna. Seolah tabrak warna, tapi dipotong menjadi blus dan rok mini warna senada. Dominasi warna oranye menjadikan koleksinya benar-benar ceria.

Tak jauh beda, Ettara menampilkan koleksi rancangannya di atas bahan dengan motif bunga-bunga pada desain yang bertumpuk. Tapi busana ini masih bisa terkesan seksi dengan aksen terbuka di bagian tertentu seperti perut, punggung, dan pundak.

Beda dari keduanya, Angelita Nurhadi menghadirkan bunga tidak dari motif, tapi melalui ornamen bunga mawar berwarna hitam atau abu-abu yang timbul dari busana. Variasinya dibuat penuh di bagian depan gaun mini, atau cukup di bagian perut saja. Keseluruhan desainnya unik dan lagi-lagi menonjolkan lekuk tubuh.

Lepas dari motif bunga, Dinar Amanda dan Annete Steven menghadirkan koleksi yang futuristik, seksi dan chic, dengan warna-warna dominasi hitam dan putih. Desain mini dress, gaun panjang yang transparan, dan padu padan blus dan rok mini menjadikannya tampak sensual dan cantik.

Selain tampil solo, ada juga desainer yang berduet seperti Chyndar Naya Putri dan Rizka Ayu Amalia, Raden Nadhilla Azyyati dan Fitrani Puspitasari, serta Amelia Sari dan Vania Aqmarani. Desainer lainnya adalah Aninda Aviani, Bintan Titisari, Santika Syaravina, Cikita Wildainy, Desiree Btari, Intan Prisanti, dan Nisa Rohiema Ishak.

Malam itu adalah penampilan kali kelima bagi mahasiswa dan alumni Kriya Tekstil ITB di gelaran JFFF. Beberapa karya desainer muda ini terlihat cukup menjanjikan dan potensial.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com