Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/06/2013, 17:52 WIB

KOMPAS.com - Pasangan menikah perlu berupaya menciptakan financially intimate. Pasutri bisa dikatakan financially intimate jika mereka saling memahami bahwa masing-masing memiliki perbedaan dalam hal pengelolaan uang dan saling sepakat tentang bagaimana pengelolaan uang untuk pengeluaran, tabungan dan intimasi. Untuk mencapai ini, Anda dan pasangan butuh memiliki komunikasi yang efektif, waktu dan usaha.

Perencana keuangan Prita Hapsari Ghozie dalam bukunya Make It Happen! menjelaskan bila bicara soal uang, pria memiliki kecenderungan untuk mengambil risiko lebih besar dan seringkali lalai menyiapkan dana darurat. Pria umumnya menggunakan uang sebagai ukuran keberhasilan dan kepercayaan dirinya dapat turun jika menghadapi problem keuangan.

Sementara perempuan, cenderung memandang uang sebagau suatu masalah keamanan, sehingga perempuan cenderung lebih konservatif dan banyak menyimpan uang untuk keadaan darurat.

Untuk mencapai financially intimate, Prita punya empat kiat bicara uang bareng pasangan:

1. Luangkan waktu.
Bila Anda berdua sering berkata, "Nanti deh" saat salah satu mulai bicara tentang uang, kemungkinan besar Anda tidak akan pernah membicarakannya. Coba luangkan waktu setidaknya satu kali dalam sebulan untuk duduk bersama membicarakan tentang keuangan rumah tangga. Manajer keuangan keluarga harus menyiapkan laporan pengeluaran dan melihat posisi jumlah aset serta utang rumah tangga.

2. Simpan argumen hanya untuk masalah besar.
Coba alokasikan jumlah tertentu dalam pos pengeluaran untuk belanja pribadi masing-masing. Misal suami dan istri punya jatah belanja Rp 500.000 setiap bulan. Dengan demikian Anda berdua tetap memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan pengeluaran namun tetap dalam batasan yang disepakati.

3. Libatkan anggota keluarga.

Ada beberapa diskusi tentang keuangan yang bisa melibatkan anak-anak. Misalnya, saat merencanakan liburan, ada baiknya Anda mengajak anak-anak untuk memberikan pendapatnya. Mau liburan ke mana, memberikan konsekuensi jumlah biaya yang sebaiknya diketahui oleh seluruh anggota keluarga. Percayalah, anak-anak akan belajar dari proses ini.

4. Menjadi pendengar aktif.
Komunikasi yang baik dan efektif membutuhkan kemampuan mendengar. Coba perhatikan, bila Anda mulai tidak setuju dengan pendapat pasangan, apakah dalam hati Anda mulai sibuk mempersiapkan argumentasi defensif? Sadarkah Anda, saat pikiran mulai beralih, Anda sebetulnya berhenti mendengarkan. Dengarkan intisari pendapat pasangan. Bertanyalah jika ada yang kurang Anda pahami. Berhati-hatilah untuk tidak mengkritik, melawan atau memberi tanggapan yang dapat menahan lawan bicara untuk mengekspresikan pendapatnya.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com