Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/06/2013, 11:22 WIB

KOMPAS.com - Pernikahan memang sebuah momen istimewa yang ingin dikenang sepanjang hidup. Namun, kesempurnaan bukanlah segalanya. Tidak jarang, pernikahan yang diharapkan langgeng, justru kandas sebelum pernikahan itu berlangsung. Waspadai lima virus berikut yang seringkali menggagalkan pernikahan.

1. Ketegangan meningkat.
Hampir setiap orang yang akan menikah, merasa tegang. Ketegangan meningkat seringkali menyebabkan emosi mudah terpancing. Logika pun kalah sehingga seringkali diskusi tak berjalan baik. Untuk meredakan ketegangan, cobalah lakukan hal yang menyenangkan, seperti yoga, spa, melakukan hobi dan lainnya.Jika ketegangan mereda, hati pun terasa lebih tenang.

2. Ingin kesempurnaan.
Pernikahan memang sebuah momen istimewa yang ingin dikenang sepanjang hidup. Namun, kesempurnaan bukanlah segalanya. Banyak orang yang berpikir terlalu detil, sehingga justru membuat kelelahan dan tak bisa menemukan jalan keluar. Bagilah tugas dengan bijak dan memberi peran pada anggota keluarga yang bisa dipercaya. Tingkatkan toleransi dari kekurangan. Pasti akan lebih nyaman.

3. Konflik antarkeluarga.
Menyatukan dua keluarga memang tak mudah. Selalu saja ada beberapa hal yang membuat saling tidak cocok. Masalah akan timbul apabila satu sama lain membuat hal tersebut menjadi masalah besar. Tidak mau menerima dan menghargai perbedaan yang ada. Tak heran jika dengan budaya atau adat yang berbeda seringkali menimbulkan perselisihan. Misalnya kewajiban siapa yang harus melamar, sangat sulit untuk menemukan kata sepakat. Adat apa yang akan dipakai saat pernikahan juga menjadi faktor pemicu masalah. Saat merancang pernikahan, penting untuk saling bertoleransi dan sebaiknya keputusan memang menjadi hak kedua calon mempelai. Memilih tema nasional juga bisa dipertimbangkan, sehingga tidak ada dominasi dari adat tertentu.

4. Gagalnya komunikasi.
Ketegangan umumnya membuat komunikasi tak berjalan lancar. Komunikasi yang sulit terjalin, bisa dijembatani dengan memilih tokoh netral yang bijak. Hal ini bisa meminimalisasi friksi yang mungkin muncul.

5. Mengalah berarti kalah.
Pengertian ini seringkali disalahartikan sehingga banyak yang bertahan dengan pendapatnya. Tidak jarang bahkan saling menyerang. Ada baiknya, cobalah untuk berempati pada kedua mempelai. Alih-alih berdebat, mendengarkan demi kebaikan merupakan kemenangan yang sesungguhnya.

(Majalah Chic/Narasumber: Psikolog, Sani B Hermawan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com