Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/06/2013, 17:10 WIB

T:
Ibu Ainy yang bijak, saya lagi dalam posisi krisis kepribadian dalam kerja. Saya punya bos yang sangat keras, workaholic, menuntut loyalitas dan profesionalitas karyawan 100 persen. Dia memberikan doktrin-doktrin agar karyawan menjadi sukses dan kaya seperti dirinya, antara lain:

1. Karyawan dituntut profesional, artinya setiap karyawan harus menyelesaikan kerjanya baru pulang. Alhasil ritme kerja di perusahaan adalah 09.00 - 24.00 setiap hari. Minggu pun dia tekankan tidak off jika pekerjaan belum selesai. Izin pulang dan cuti hanya sekali setahun. Tapi tidak tentu waktunya, tergantung kantor sibuk atau tidak. Alhasil kejenuhan membuat karyawan tidak ada yang bekerja maksimal. Kesalahan kecil dan besar kerap kali terjadi dan membuat beliau marah besar. Ketika marah selalu keluar kata-kata yang kasar dan menantang karyawan untuk mengundurkan diri. Saat kami mengajukan pengunduran diri, dia malah menantang kontrak kerja karyawan yang belum selesai dan bakal kena sanksi 1 milyar jika mundur. Dia selalu meyakinkan karyawan akan jadi sukses seperti dirinya kalau punya ritme kerja seperti dirinya.

2. Doktrinasi yang dia terapkan benar-benar bikin bingung. Saya sebagai karyawan yang memang tidak mampu, atau dia sebagai bos yang terlalu berlebihan? Sebagai staf tim kreatif saya jadi mandul. Semua serba didikte, tapi kami dituntut untuk kreatif. Bagaimana saya harus bersikap, Ibu Ainy? (Fidelia,  25)

J:
Mbak Fidelia yang luar biasa, membaca tulisan Anda kata per kata, membuat saya menarik nafas yang dalam. Rasanya, saat ini pun saya bisa merasakan perasaan Anda. Di satu sisi, sebagai karyawan, tentu setiap diri kita mau sukses. Hanya saja, sebelum kita berbicara secara berkepanjangan, yuk kita artikan bersama-sama tentang apa arti "sukses’" yang sebenarnya.

Mbak Fidelia, sukses adalah ketika kita bisa mewujudkan impian kita yang bermanfaat untuk banyak orang. Kesuksesan tidak sama sekali dinilai dari tinggi rendahnya kedudukan yang kita capai, kekayaan yang kita miliki, maupun pendidikan yang kita raih. Kesuksesan dinilai dari seberapa banyak manfaat yang kita berikan dari setiap hasil kerja kita.

Nah, orang sukses yang seperti ini dirinya pasti bahagia. Anda tahu mengapa? Karena di matanya, uang bukanlah ukuran utama sebuah kesuksesan. Justru manfaat yang dapat ia berikan kepada banyak orang adalah ukuran kesuksesan dirinya.

Mereka ini tidak mau hidupnya hanya untuk memikirkan dirinya sendiri. Ia mau memiliki kehidupan yang seimbang antara karier dan keluarga. Artinya, sesibuk apa pun dirinya, ia mau meluangkan waktunya untuk keluarganya tercinta.  

Sementara itu, orang-orang seperti atasan Anda yang merasa dirinya sukses, belum tentu ia mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya. Anda tahu mengapa? Karena ia mengukur kesuksesan dari tingginya jabatan dan materi. Bahkan sibuk memikirkan dirinya sendiri.

Orang seperti ini akan sulit mendapatkan loyalitas anak buahnya. Anda tahu mengapa? Karena di matanya, keluarga bukanlah nomor satu dalam hidupnya. Sebaliknya, pekerjaan, jabatan, dan uang adalah nomer satu dalam kehidupannya. Ia lupa, untuk mendapatkan loyalitas anak buah, ia harus belajar mencintai anak buahnya dengan cara tidak mengobral ancaman, apalagi marah-marah dengan tutur kata yang kasar.

Jadi, apa yang perlu Anda lakukan? Pertama, jadilah diri Anda sendiri. Jangan pernah takut untuk menjadi diri Anda sendiri. Tanyalah diri Anda dan jawablah sejujur-jujurnya pertanyaan berikut:
1. Inikah pekerjaan yang selama ini saya inginkan?
2. Tindakan terbaik apakah yang bisa saya lakukan dalam kondisi seperti ini?

Bicaralah dengan bagian HRD tentang situasi yang Anda hadapi, khususnya hak Anda sebagai karyawan untuk menikmati hari libur serta cuti.

Kedua, jadilah seorang manusia yang merdeka. Artinya, lakukan apa yang memang seharusnya Anda lakukan. Dan, tinggalkan apa yang seharusnya tidak Anda lakukan. Jangan pernah takut untuk mengambil sebuah keputusan yang benar dan terbaik. Karena di setiap keputusan yang benar dan terbaik, selalu ada kemudahan untuk melangkah.

Ketiga, bacalah kontrak kerja Anda baik-baik, dan diskusikan dengan pihak HRD tentang suasana kerja Anda yang tidak nyaman ini. Berhenti untuk percaya begitu saja pada setiap omongan apalagi ancaman. Jika memang Anda selama ini tidak memiliki hutang atau ikatan jabatan karena pernah disekolahkan perusahaan ke luar negeri dan lain sebagainya, maka Anda sangat bebas merdeka untuk mengundurkan diri. Tentunya, sebelum mengundurkan diri, Anda perlu mencari lowongan dulu, bukan?

Bukankah untuk menjadi pribadi kreatif kita harus menjadi pribadi yang merdeka dan bertanggung-jawab? Saya yakin di dalam diri Anda memiliki keberanian untuk bertindak nyata, cerdas, dan bijak. Selamat menjadi Fidelia yang sukses nan bijak, pribadi yang penuh manfaat dan cinta kasih. Selamat melangkah!  

Ainy Fauziyah, CPC
Leadership Coach & Motivator
Penulis Buku Best Seller ‘Dahsyatnya Kemauan’
www.ainyfauziyah.com
www.ainymotivationclass.com  

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com