Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Kantor Pengaruhi Kesehatan Jangka Panjang

Kompas.com - 19/06/2013, 22:45 WIB

KOMPAS.com – Tuntutan terhadap pekerjaan zaman sekarang makin meningkat dan serba cepat. Alih-alih ingin bekerja lebih giat, kondisi tubuh tidak mendukung karena beban kerja yang tinggi dan lingkungan pekerjaan yang penuh persaingan. Situasi seperti ini ternyata dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang di kalangan pekerja kantor.

Menurut penelitian dari Fellowes, hampir tiga perempat pekerja kantor menderita penyakit, akibat terus-menerus bekerja di depan meja kerja yang tak memadai. Lebih dari dua pertiga responden yang disurvei terpaksa meminum obat untuk mengatasi kondisi kesehatan mereka. Yang mengejutkan, hampir 20 persen juga terpaksa melepaskan pekerjaan karena tidak sanggup lagi menanggung beban.

Penelitian tersebut juga mengungkap, satu dari 10 pekerja kantor mengeluh karena selalu kesakitan, 17 persen menderita rasa sakit setiap hari, dan 40 persen mengatakan lingkungan kerja mereka menyebabkan gejolak kesehatan secara terus-menerus.

Semua problem itu mengakibatkan satu dari lima pekerja kantor dapat mengalami sakit selama hampir tiga minggu dalam waktu kerja setahun. Masalah kesehatan yang kerap dialami antara lain sakit punggung, bahu tegang, masalah ,dan bahkan depresi. Perusahaan harus membayar lebih dari 7 milyar poundsterling per tahun hanya untuk membayar karyawan yang sakit.

"Dampak lingkungan kerja terhadap kesehatan pekerja kantor seperti ini terlalu sering diabaikan oleh perusahaan,” ungkap dokter umum dan penyiar kesehatan, Dr Sarah Jarvis.

"Apa yang sangat jelas dari penelitian ini adalah bahwa cara Anda bekerja dan peralatan yang Anda gunakan memiliki dampak yang besar, tidak hanya pada kesehatan di tempat kerja Anda, tetapi pada kesehatan Anda lebih luas lagi,” tambahnya.

Sarah mengatakan, setiap hari ia melihat banyak pasien yang menderita sakit, terutama sakit punggung. Dalam pengamatannya, hal itu disebabkan kondisi meja kerja yang tidak bagus, sehingga karyawan menghabiskan waktu yang lama duduk dengan posisi yang salah.

"Yang mengkhawatirkan adalah kita menganggap diri kita 'dokter pribadi' untuk membantu meringankan rasa sakit. Para pekerja lebih memilih berdiam diri ketimbang membahas dengan atasan mengenai keadaan tata ruang kantor yang dapat meminimalkan risiko masalah kesehatan dalam jangka panjang," jelas Sarah.

Penelitian ini menemukan bahwa hampir setengah dari responden mengatakan masalah kesehatan tersebut memberikan dampak negatif pada kehidupan pribadi mereka. Sebanyak 16 persen responden mengatakan hal itu dapat merusak hubungan percintaan mereka, dan satu dari lima responden menderita depresi.

Sayangnya, penelitian juga menemukan bahwa perusahaan tidak menanggapi secara serius kondisi kesehatan karyawan, layaknya seperti pemeriksaan keamanan yang wajib dilakukan di tempat kerja saat memasuki kantor.
 
Setengah dari pekerja kantor juga melaporkan, mereka sudah tidak menerima evaluasi mengenai tata ruang kantor dalam 12 bulan terakhir meskipun sebenarnya itu menjadi hak legal mereka. Empat puluh persen pekerja mengeluh tidak diberi peralatan kerja yang memadai, sehingga lebih dari seperempat pekerja kantor menghabiskan waktu untuk menata ulang meja kerja mereka sendiri.

"Sebagian besar dari kita menghabiskan banyak waktu di meja kerja, sehingga kita perlu berpikir lebih keras mengenai kondisi kita saat bekerja, dan melindungi kesehatan kita yang pada akhirnya merupakan kualitas hidup kita,” ujar Louise Shipley dari Fellowes.

Louise menegaskan, perusahaan memiliki tanggung jawab untuk karyawan mereka, termasuk memastikan karyawan dapat bekerja dengan aman dan produktif. Menginvestasi peralatan kantor yang memadai, dan membantu memberikan kesehatan yang layak bagi karyawan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com