Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bedanya Ketakutan Biasa dengan Trauma pada Batita

Kompas.com - 26/06/2013, 09:28 WIB
KOMPAS.com - Normal saja jika batita takut dengan orang yang tidak dikenalnya. Ini merupakan bagian dari perkembangan anak. Rasa takut itu pun merupakan bagian dari mekanisme pertahanan diri anak. Dengan munculnya rasa takut, tubuh memberi sinyal untuk berhati-hati terhadap setiap ancaman.

Dina Irdhina, MPsi dari Sekolah Kinderfield Jakarta memaparkan rasa takut sebenarnya sudah muncul sejak anak berusia 6-8 bulan. Di usia ini bayi mampu mengenali orang yang biasa ditemuinya dan mana yang tidak.

Umumnya mereka merasa nyaman saat digendong mama, papa, atau pengasuhnya, karena sering bersamanya. Sebaliknya, ia akan menangis, meronta, tak bisa tenang jika digendong oleh orang yang jarang apalagi baru dilihatnya. Ini menunjukkan bayi tidak nyaman berdekatan dengan orang "asing". Artinya mekanisme pertahanan diri anak mulai terbangun.

Ketakutan pada orang asing masih dikategorikan normal. Namun ada juga ketakutan yang menjurus pada trauma.

Salah satu tanda, saat melihat orang asing, anak berlari lalu memeluk erat tubuh orangtuanya. Ia pun dapat menangis keras atau berteriak. Perilaku ini berlangsung cukup lama dan intens.

Kasus ini bisa disebabkan peristiwa pertemuan si batita dengan orang asing yang meninggalkan kesan buruk. Anak, misal, pernah dimarahi oleh orang asing. Perlakuan itu membuat anak ketakutan dan membuatnya jadi tidak aman jika melihat orang baru.

Cara mengatasinya dapat dilakukan bertahap. Langkahnya mulai dengan menenangkan, memeluk, membelai, berbicara tentang hal-hal yang menyenangkan, atau menghindari pertemuan dengan orang asing sampai anak benar-benar siap.

Sambil menunggu kesiapan anak, orangtua bisa terus memberi jaminan rasa aman dengan berada di sampingnya. Secara perlahan, bekerjasama lah dengan orang asing seperti om atau tantenya untuk bermain bersama. Pilih permainan yang disukai anak. Lakukan secara bertahap.

Jika anak menangis jangan dipaksa. Tarik diri dahulu, baru kemudian bermain lagi ketika anak siap. Begitu seterusnya sampai anak benar-benar siap.

Bila cara ini tak berhasil, saatnya bagi orangtua berkonsultasi dengan ahli seperti psikolog dan psikiater.

(Tabloid Nakita/Irfan Hasuki)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com