Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/06/2013, 14:18 WIB
Rahman Indra

Penulis

KOMPAS.com - Telah tiga tahun berlalu sejak maestro batik Iwan Tirta meninggal dunia, tetapi karya-karyanya masih bisa dinikmati hingga saat ini. Lewat PT Pusaka Iwan Tirta, baru-baru ini digelar pula sebuah pameran karya-karyanya di Museum Tekstil Jakarta, dari 21 hingga 25 Juni 2013.

Menutup gelaran pameran "Tribute to Iwan Tirta: Unveiling the Untold Story" tersebut, Pusaka Iwan Tirta menggelar talkshow yang mengupas keaslian karya sang maestro. Hadir empat pembicara, di antaranya kurator batik Asmoro Damais, praktisi seni rupa dan desain Edi Sutriono, praktisi hukum spesial HAKI Ludiyanto, dan Kepala Seksi Pertimbangan Hukum dan Litigasi Direktorat Hak Cipta Agung Damarsasongko.

“Sekilas mungkin sangat sulit menentukan mana yang asli dan mana yang bukan. Tapi jika diperhatikan dengan seksama, batik Iwan Tirta itu punya kualitas yang tinggi, layout-nya bersih dan batiknya bolak-balik,” ungkap Asmoro, saat talkshow di Museum Tekstil Jakarta, Selasa (25/6/2013) lalu.

Pengamat batik yang sudah mengenal karya sang maestro sejak lama ini melihat motif batik Iwan Tirta memang tiada duanya, dan tidak bisa ditiru begitu saja. Seorang Iwan Tirta diketahuinya sangat jeli mengolah (mem-blowup) motif batik. Dia juga membuat batik berkesan modern.

“Banyak terobosan yang dilakukan Iwan, tapi kita tahu standar selera dan kualitasnya,” ujarnya sambil menunjuk ke satu karya Iwan yang ada di ruang pameran, yakni motif batik Yogya. Kain batik sepanjang tujuh meter itu tampak terjalin rapi dan serasi.

Di tempat terpisah ada Soetarwanto Hadi, asisten Iwan Tirta, yang sudah ikut mendesain sejak tahun 1971. Kata dia, melihat keaslian karya sang maestro tidaklah mudah. Kalau benar-benar mau, maka perhatikanlah dengan seksama. Baik itu kualitas pembatikan, motif, hingga pewarnaan.

Untuk kualitas pembatikan, karya Iwan Tirta dibuat dengan bolak-balik. Begitu juga pada pewarnaan, bisa tiga kali bahkan empat kali proses pewarnaan. Untuk motif, ada kombinasi berbagai motif yang dengan sangat jeli ditempatkan dengan tepat dan tampak serasi. Struktur hewan atau tumbuhan diberi penempatan selingan di antaranya.

Soetar mengungkapkan bahwa Iwan Tirta adalah seorang yang punya selera dan standar kualitas yang tinggi. Kalau saja dia melihat karya batik atas namanya tidak bagus, ia tidak akan suka dan menyetujuinya. Iwan pastilah menuntut dibuat lagi yang baru.

Selain itu, ada eksklusivitas dalam motif. Sepuluh motif bisa saja hanya dibuat tiga, karenanya tidak mengherankan kalau sekarang ditemukan ada lebih dari ribuan motif hasil desainnya.

Sederhananya, saran Soetar menentukan karya asli atau tidaknya batik Iwan Tirta adalah dari kualitas batik itu sendiri. Bagi para pecinta batik tentunya bisa melihat mana yang asli mana yang bukan.

Agung menyampaikan ada dua hak yang melekat di sebuah karya, yakni hak moral dan hak ekonomi. Hak moral adalah milik sang pencipta karya. Sementara hak ekonomi bisa dikembangkan. Oleh siapa? Ahli waris atau siapa pun yang sudah memiliki perjanjian tertentu.

Sayangnya, sampai saat ini belum diketahui ahli waris resmi dari Iwan Tirta. Lydia Kusuma Hendra, direktur PT Pusaka Iwan Tirta yang juga Ketua Yayasan Pusaka Iwan Tirta mengungkapkan, pihaknya sudah hampir tiga tahun mencari ahli waris Iwan namun sampai sekarang belum ketemu juga.

Sepeninggal Iwan Tirta, Lydia adalah orang yang menjalankan PT Pusaka Iwan Tirta yang didirikan pada April 2008. Dalam profil yang tertulis di brosurnya, PT Pusaka Iwan Tirta adalah perusahaan di mana almarhum Iwan Tirta menyerahkan atau mengalihkan semua desain-desain hasil karyanya. Hingga saat ini telah terkumpul sekitar 6000 desain.

PT Pusaka Iwan Tirta sebenarnya perusahaan yang didirikan almarhum Iwan Tirta bersama Rachmat Gobel dan Lydia Kusuma Hendra. Tujuannya untuk mengakomodasi dan mengapresiasi para pihak yang selama ini telah berjasa di balik terciptanya selembar kain batik. Mulai dari desainer, pembuat canting atau cap, pembatik, hingga proses pewarnaan dan pencucian kain batik.

Pada 31 Juli 2010, Iwan Tirta wafat. Kartini Muljadi, Rachmat Gobel, dan Lydia Kusuma Hendra pada 22 September 2011 mendirikan Yayasan Pusaka Iwan Tirta, sebuah lembaga nirlaba yang mempunyai maksud dan tujuan di bidang Sosial Kebudayan pada umumnya. Pendirian yayasan ini untuk menjalankan amanah dan keinginan Iwan Tirta, serta sekaligus dalam upaya melestarikan dan mengembangkan karya-karyanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com