Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/08/2013, 09:20 WIB
Christina Andhika Setyanti

Penulis

KOMPAS.com - Selain bersilaturahim dengan kerabat dan sahabat, salah satu hal yang ditunggu-tunggu saat Lebaran adalah menikmati ketupat dan segala pelengkapnya. Ketupat, opor ayam, ayam goreng, sayur labu, dan rendang, memang paling nikmat disantap setelah bertemu keluarga dan bermaaf-maafan.

Hanya saja, perut keroncongan dan sajian nikmat saat Lebaran ini tidak boleh membuat Anda kalap saat makan. "Boleh saja makan semua makanan ini. Tapi cari komposisi yang tepat, agar lemak dari makanan bersantan ini tidak membuat Anda jadi gemuk," ungkap Ika Setyani, ahli gizi dari MRCCC Siloam Semanggi kepada KompasFemale.

Jika dilihat-lihat, makanan khas Lebaran didominasi dengan hidangan bersantan. Seperti diketahui, makanan yang terlalu banyak mengandung santan bisa menimbun lemak dan kolesterol jahat dalam tubuh.

"Selain itu, paduannya dengan ketupat beras putih yang minim serat akan menjadi kombinasi yang sempurna untuk peningkatan berat badan. Tak aneh, kalau setelah Lebaran biasanya kolesterol dan berat badan jadi naik," jelasnya.

Untuk menyiasati hal ini, Anda bisa saja mengganti ketupat beras putih dengan beras merah. Prinsipnya sebenarnya hampir sama dengan mengganti konsumsi nasi putih dengan nasi merah.

Ika mengungkapkan bahwa nasi merah memiliki kandungan serat yang lebih tinggi dibandingkan nasi putih. "Kandungan serat yang lebih tinggi ini akan membuat Anda kenyang lebih cepat dengan porsi yang lebih sedikit dari nasi putih, dan tidak mudah lapar," katanya.

Ketika dikombinasikan dengan sayur labu santan dan opor ayam, serat dari ketupat nasi merah ini akan membantu mengikat kelebihan lemak dari dalam tubuh dan membantu mengeluarkannya dari pencernaan. Dengan demikian, berat badan lebih bisa dikontrol.

"Tapi pada dasarnya, menyantap makanan seperti ini tidaklah masalah. Karena hanya setahun sekali. Hanya saja yang terpenting adalah tahu batasan seberapa banyak yang dimakan, dan juga lihat kondisi kesehatan masing-masing orang," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com