Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/08/2013, 17:15 WIB
K. Wahyu Utami

Penulis

KOMPAS.com – Kaum perempuan kini banyak menduduki jabatan penting di perusahaan. Di dunia politik pun banyak ditemukan kaum perempuan yang menempati peran penting. Hal ini tentu membuktikan bahwa perempuan makin sederajat dengan kaum pria dalam hal pendidikan dan pengetahuan.

Ironisnya, mereka yang berkecimpung di dunia politik justru kerap dituntut untuk tampil menarik. Minggu lalu seorang senator Australia yang tidak ingin disebutkan namanya berkata kepada jurnalis politik, Annabel Crabb, bahwa Perdana Menteri Julia Gillard memerlukan sentuhan baru untuk penataan rambutnya. Ketika mendengar pernyataan tersebut, Crabb merasa terganggu dan terusik perasaannya. Mengapa penampilan politikus wanita selalu dikritik?

“Ketika politikus pria berpakaian buruk, tak ada yang mencela. Tapi ketika hal tersebut dialami oleh perempuan, itu semua dilihat sebagai tidak mencerminkan karakter dan tidak memiliki kemampuan lebih lanjut. Konon, jika mereka (politikus perempuan) tidak dapat menggambar  alisnya secara merata, ibaratnya bagaimana dia bisa mengatur masalah perpolitikan dengan tepat?” tukas Crabb geram.

Kesimpulan yang Crabb pikirkan mungkin saja benar (atau bahkan kita sendiri sudah jatuh ke dalam pemikiran itu sebelumnya). Tetapi bahkan di era Senator Scott Brown, dan mantan Senator John Edwards yang meninggalkan kenangan memalukan, memang tak banyak politikus pria yang diharuskan berpenampilan menarik. Namun komentar mengenai penampilan politikus pria hanya cenderung dilontarkan pada saat musim pemilu.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, dan mantan Gubernur Alaska, Sarah Palin, selalu memiliki tampilan gaya rambut dan lipstik sesuai dengan karakter mereka. Masih ingat kan, bagaimana Sarah Palin dikabarkan menghabiskan Rp 1,48 milyar untuk belanja pakaian menjelang pencalonannya sebagai calon wakil presiden dari Partai Republik tahun 2008?

Hal ini tentunya membingungkan. Di satu sisi politikus wanita dituntut untuk tampil menarik, namun ketika diketahui upayanya menghabiskan banyak biaya, para kritikus tetap menyalahkannya. Mungkin para pengamat media berharap semua politikus perempuan mampu bersikap seperti Michelle Obama, yang selalu tampil menarik dengan busana rancangan desainer ataupun baju keluaran department store.

Lalu, jika seorang politikus wanita hanya memakai make-up tipis-tipis, kalangan media akan langsung mengatakan dia terlihat tua atau lelah. Jika rambutnya tak pernah ganti model, ia akan dianggap membosankan. Kita tentu tak bisa berharap seorang politikus akan selalu me-makeover penampilannya seperti selebriti kan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com