Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/08/2013, 16:51 WIB
KOMPAS.com - Sebenarnya jual beli penghasilan sama sekali tidak aneh dan bahkan dalam keseharian pun barangkali Anda termasuk kalangan yang kerap melakukannya. Apa konkretnya? Menggunakan penghasilan masa depan untuk memenuhi kebutuhan masa kini. Artinya penghasilan Anda yang belum jelas sudah dijual atau digadaikan. Itulah makna jual beli penghasilan.

Bagaimana caranya? Macam-macam. Yang paling umum adalah meminjam dari bank. Dana dari bank tersebut lalu digunakan untuk membeli mobil, rumah, belanja, dan lain sebagainya. Apa yang salah dengan semua itu?

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan jual beli penghasilan. Yang salah adalah jika jualnya rugi dan atau belinya kemahalan. Sama seperti jual beli barang. Apalagi jika sudah dibeli, ternyata barangnya tidak memberi manfaat sama sekali.

Modus serupa juga bisa terjadi pada penghasilan. Artinya ketika Anda ”menggadaikan” penghasilan yang akan datang untuk mendapatkan cash saat ini, akan menjadi masalah jika ternyata cash tersebut tidak memberikan dampak produktif bagi diri Anda. Bagaimana konkretnya?

Pemasukan vs pengeluaran
Setiap orang memiliki pendapatan. Pendapatan itu jika tidak digunakan, akan menjadi aset dalam bentuk cash. Namun, kebanyakan orang pasti menggunakan pendapatan itu untuk membiayai pengeluaran. Nah, pengeluaran itu sendiri sifatnya macam-macam. Ada pengeluaran untuk konsumtif di mana pendapatan digunakan untuk membeli barang ataupun makanan yang bersifat tidak produktif.

Namun, ada juga kalangan yang sebagian pendapatannya digunakan untuk melunasi utang, misalnya utang pinjaman rumah. Jika seperti ini, cash dari pendapatan sebenarnya tidak hilang, tetapi hanya berubah wujud menjadi aset berupa rumah.

Hakikatnya pengeluaran harus lebih kecil daripada pemasukan. Dari selisihnya akan ada dana tersisa yang bisa ditabung untuk suatu ketika digunakan bagi kepentingan mendesak. Hubungan antara pemasukan dan pengeluaran itu sering disebut cash flow (aliran kas). Seandainya seluruh pengeluaran tersebut mampu menutupi segala keperluan tentunya tidak akan ada masalah.

Namun, kerap kali kebutuhan untuk pengeluaran bisa lebih besar daripada pendapatan yang diperoleh. Dan pada gilirannya untuk menyelesaikan masalah tersebut berutang dianggap sebagai solusi. Apakah memang demikian? Jawabannya adalah tidak.

Berutang sebagai bentuk lain dari jual beli penghasilan hanya layak dilakukan jika utang digunakan untuk keperluan produktif atau jalan keluar yang bersifat darurat. Apa itu?

Keperluan produktif, misalnya, Anda membutuhkan kendaraan untuk alat transportasi mencari nafkah. Selama ini, misalnya, Anda menggunakan kendaraan umum. Anda mengalokasikan sejumlah dana untuk membiayai transportasi tersebut. Tidak salah memang.

Namun, hitung kembali berapa besar dana yang dikeluarkan untuk membiayai transportasi itu. Apakah jumlahnya cukup besar? Jika ya, apakah jumlah tersebut bisa digunakan untuk membayar cicilan jika Anda membeli kendaraan? Bisa ya bisa tidak. Namun, jika ya, pertanyaannya adalah bagaimana cara membeli kendaraan.

Di sinilah Anda boleh berutang. Artinya Anda meminjam dari bank dan untuk melunasinya secara mencicil Anda bisa menggunakan dana yang sebelumnya dialokasikan untuk membiayai transportasi. Jika konsep ini yang dilakukan, berutang sebagai bentuk jual beli penghasilan bukan lagi hal haram. Sebab, pada gilirannya utang itu akan berubah bentuk menjadi aset yang bisa digunakan untuk menopang kegiatan produktif Anda.

Jalan keluar darurat
Lantas apa pula yang disebut sebagai jalan keluar yang bersifat emergency? Ketika seseorang mengalami sakit, tidak ada yang bisa dilakukan untuk menghentikan sakit itu kecuali berobat. Dan untuk berobat tentunya dibutuhkan biaya yang besar.

Permasalahannya adalah tidak setiap orang mengalokasikan penghasilannya untuk persiapan jika mengalami sakit atau membeli polis asuransi kesehatan. Padahal, sakit adalah hal yang tidak terduga. Jadi, untuk berobat, segala upaya mesti dilakukan, termasuk berutang. Namun, mesti diingat, berutang untuk mengobati sakit adalah jalan keluar darurat. Pada masa berikutnya biaya pengobatan di kala sakit mesti disiapkan dan disisihkan dari penghasilan bulanan.

Jika jual beli penghasilan merupakan hal yang wajar sepanjang peruntukannya untuk produktif atau solusi darurat, pertanyaannya adalah apa kriteria jual beli penghasilan yang baik?

Jual beli atau berutang tentu mesti didasari oleh adanya suatu kebutuhan, bukan karena penawaran. Saat ini sangat banyak pihak yang menawarkan utang kepada masyarakat. Sebaiknya jangan pernah merespons hal seperti itu karena sama saja dengan memasukkan kepala dalam jeratan utang.

Selanjutnya jika kebutuhan sudah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menentukan berapa lama jangka waktu utang tersebut. Lazimnya jika memiliki kemampuan untuk melunasi, ambil jangka waktu yang paling singkat. Dengan jangka waktu pendek, Anda akan terbebas dari pikiran ataupun tagihan secara terus-menerus.

Jangka waktu ini juga mesti dikaitkan dengan tingkat bunga yang harus dibayar. Semestinya dengan jangka waktu yang lebih pendek, tingkat bunga juga akan lebih rendah.

(Elvyn G. Masassya, praktisi keuangan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com