Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikah, Bukan Solusi Atasi Anak Hamil di Luar Nikah

Kompas.com - 05/09/2013, 19:32 WIB
Christina Andhika Setyanti

Penulis

KOMPAS.com — Tak ada orangtua yang ingin anak perempuannya kehilangan keperawanan sebelum menikah. Hanya saja, kurangnya pengawasan orangtua, pergaulan bebas, dan juga rasa ingin tahu remaja yang sangat besar tentang seks membuat remaja sering kali terjebak dalam kasus seks pra-nikah.

"Apa pun alasannya, seks sebelum menikah itu tetap salah. Namun, orangtua sebaiknya tidak langsung menyalahkan dan menuding si anak. Apalagi jika ternyata si anak menjadi korban perkosaan," jelas psikolog Anna Surti Ariani saat dihubungi KompasFemale beberapa waktu lalu.

Ketika mengetahui bahwa si anak sudah tak perawan dan hamil di luar nikah (dengan berbagai alasan), psikolog yang disapa Nina ini menyarankan agar para orangtua sebaiknya menenangkan diri terlebih dulu. Dalam kasus ini, orangtua juga harus tahu bahwa bukan hanya mereka yang shock, tapi juga si anak. "Butuh keberanian ekstra dalam diri anak untuk mengakui hal ini kepada orangtuanya. Makanya saat anak sudah berani mengaku dan langsung dimarahi habis-habisan, ia akan jadi depresi. Orangtua harus tetap menjaga kondisi psikologis anaknya," tambahnya.

Nina menambahkan bahwa salah satu jalan keluar yang ditawarkan orangtua untuk menghadapi masalah ini adalah dengan menikahkan dengan pria yang menghamili si anak. Hanya saja, benarkah ini jalan terbaik dan satu-satunya?

Sebenarnya, menikahkan kedua remaja ini bukan solusi satu-satunya untuk menghindarkan aib. Jika pernikahan ini terjadi atas keinginan anak untuk mempertanggungjawabkan perbuatan dan atas kesadarannya sendiri, mungkin saja tidak jadi masalah. Sayangnya, sebagian besar pernikahan ini terjadi karena adanya paksaan dari pihak keluarga. Padahal, pernikahan terpaksa ini bisa membuat anak jauh lebih depresi lagi.

Nina mengungkapkan bahwa orangtua harusnya lebih sadar akan dampak pernikahan paksa ini. Sebagai orangtua, Anda juga harus memikirkan kebahagiaan kehidupan pernikahan anak nantinya.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa perilaku seks di luar nikah ini secara tak langsung menandakan bahwa orang tersebut adalah sosok yang tidak sabaran (karena tak bisa menahan keinginan seks). Ketidaksabaran untuk menahan keinginan bercinta ini adalah salah satu dari masalah yang mungkin dihadapi dalam hidup, lantas bagaimana ketika dia harus menghadapi masalah yang lainnya? bisa-bisa masalahnya jadi lebih parah.

"Pikirkan juga, apakah rela kalau anak Anda menikah dengan orang yang tidak baik dan tidak sabaran? Apa jadinya nanti kehidupan pernikahan mereka? Malah jadi timbul masalah baru kan," katanya.

Selain aib, pernikahan ini dilakukan dengan alasan takut si anak "tak laku" lagi. Menyikapi hal ini, Nina mengatakan bahwa tidak semua laki-laki punya prinsip hanya mau menikahi perawan. Menurutnya, masih ada kok pria baik-baik yang mau menikahi perempuan yang sudah tak perawan, asalkan dari awal sudah ada kejujuran dari kedua belah pihak.

Dibanding menikah paksa, Nina menyarankan untuk memberikan si anak waktu tenang untuk berpikir langkah selanjutnya. Selain itu, ada baiknya juga orangtua turut ambil bagian dalam menentukan pergaulan anak, ajak anak bergaul di komunitas baru, dan yang paling penting adalah memberi pendidikan seks yang tepat agar kejadian ini tak terulang lagi. Jika sampai hamil, tak salah kalau tetap mempertahankan kehamilan ini sampai bayi lahir. Setelah lahir, bayi bisa saja diasuh oleh keluarga yang tidak punya anak.

"Yang terpenting adalah ajak anak untuk berpikir dan diskusi tentang langkah yang diambil serta membuat kedua belah pihaknya nyaman," sarannya.  


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com