Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

STOP Sebut Kami Orangtua Hebat, karena Memiliki Anak Cacat

Kompas.com - 22/09/2013, 19:25 WIB
D. Syafrina Syaaf

Penulis

Kompas.com - Seorang ibu muda menghampiriku sembari tersenyum, “Saya hanya ingin bilang, kalian adalah orangtua yang hebat’’ ujarnya.

Saat itu aku dan suami, Dave, sedang menikmati akhir pekan di kolam renang umum bersama anak kami, Max. Kami tengah bersemangat mendampingi Max melompat di beberapa bantalan besar hijau di dalam kolam.  Karena Max memiliki keterbatasan fisik, maka Dave membantunya meraih tali bantu untuk melompat. Melihat mereka begitu kompak membuatku semakin bahagia, dari tepi kolam renang aku terus bersorak-sorai ke arah mereka.

Tanpa mengurangi rasa hormat pada seorang ibu yang tadi memujiku. Jujur saja, Aku dan Dave sudah sering mendengar hal yang demikian. Mungkin itu bentuk rasa prihatin, atau kepedulian karena aku memiliki seorang anak dengan kebutuhan khusus. Apabila Anda memiliki anak dengan kondisi seperti anakku, kalian pasti sering mendapatkan pujian yang sama.

Aku pernah membaca sebuah artikel yang mengisahkan satu keluarga dengan anak berkebutuhan khusus di North Carolina. Mereka sedang menikmati makan siang di restoran, saat akan membayar, ternyata tagihan mereka telah dilunasi oleh seorang dermawan anonim yang meninggalkan pesan di secarik kertas. Kira-kira seperti ini bunyi pesan itu, “Tuhan hanya menitipkan seorang anak ‘istimewa’ kepada orangtua yang juga istimewa.”

Menyampaikan pujian dengan tujuan memberikan semangat memang lebih baik dibandingkan tatapan mengasihani. Tetapi anggapan bahwa kami adalah orangtua yang hebat dan tangguh, terus terang itu sangat berlebihan. Kenapa? Memang anak kami memiliki kekurangan, tetapi apa yang aku dan Dave lakukan untuk Max adalah bagian dari tanggung jawab kami sebagai orangtua. Jadi, saat ada orang yang menyanjung kami atas hal sederhana yang kami lakukan untuk Max, itu membuatku bingung. Mengapa mereka memandang ini sebagai sesuatu yang luar biasa. Dengan begitu, artinya secara tidak langsung mereka berpikir bahwa memiliki anak seperti Max adalah beban dan menyusahkan.

Menganggap orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus seolah malaikat, tanpa disadari mereka telah merendahkan kondisi si anak.

Sebenarnya Max yang lebih patut diberikan puji. Dia adalah seorang anak yang penyayang, unik dan cerdas, selalu menyenangkan berada di dekatnya. Kami mengasuhnya sama seperti mengasuh anak pertama kami, Sabrina. Kami merasa beruntung dengan kehadiran mereka, dan semoga mereka merasakan hal yang sama terhadap kami.

Aku tidak akan berbohong bahwa semua baik-baik saja, sebaliknya aku dan Dave sering bersinggungan dengan situasi yang sulit. Seperti misalnya kewalahan mengatur waktu kunjungan ke dokter dan terapi untuk Max, yang terkadang  berbenturan dengan satu dua hal. Lalu, berjuang agar perusahaan asuransi memberikan layanan terapi terbaik. Singkatnya, sebagai orangtua kami terus berupaya agar keluarga kami bahagia dan tercukupi kebutuhannya.

Max menderita cerebral palsy, yakni kelumpuhan pada otak besar, sehingga ia tidak bisa mengontrol pergerakan pada tubuhnya. Dengan situasi seperti itu, aku bangga pada teamwork yang kami sekeluarga lakukan untuk membantu Max menjadi lebih baik.

Terlepas dari memiliki anak berkebutuhan khusus atau tidak, sesungguhnya menjadi orangtua bukan pekerjaan yang mudah. Bahkan, Sabrina anak pertama kami yang terlahir normal, bukan berarti segalanya lebih mudah dengannya. Maka dari itu, kami tidak memerlukan pengakuan dari orang lain bahwa kami hebat karena memiliki Max.

Seperti ibu pada umumnya, aku pun kerap melakukan banyak ‘dosa kecil’ pada dua buah hatiku. Beberapa kali saat aku sedang lelah dan mereka berulah, aku marahi mereka dengan teriakkan. Terkadang, aku melonggarkan aturan dengan mengizinkan mereka nonton TV lebih lama. Saat sore menjelang, beberapa kali juga aku biarkan mereka tidak mandi, hanya karena aku masih ingin rebahan di kasur setelah tidur siang. Jadi, aku hanya orangtua biasa, aku seorang ibu pada umumnya, bukan seorang ibu sempurna yang tak pernah salah. Begitu juga Max, ia juga sama seperti anak seusia lainnya. Dan aku berharap begitulah kalian memandang kami, yakni keluarga pada umumnya.

Aku tahu ibu muda di kolam renang itu bermaksud baik. Makanya, walaupun terganggu aku tetap bersikap sewajarnya, “Terima kasih, kami selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak kami, sama saja seperti orangtua di luar sana” balasku.

Simpan saja pujian Anda untuk mereka yang lebih berhak. Karena, aku menyayangi dan menjaga Max layaknya seorang ibu kepada anaknya, berkebutuhan khusus atau tidak. Kami mengasuh anak kami dengan cara yang sama seperti orangtua lainnya, dengan menyayangi, membimbing dan  mengajarkan mereka. Kami memberikan apa yang mereka butuhkan, karena kami adalah orangtua mereka.

Tulisan asli dipublikasikan oleh Ellen Seidman pada buku “Love That Max”.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com